RIP Januari-Agustus 2021: Sudah 118 Religius Meninggal (1)

0
938 views
Ilustrasi: Dua imam yang meninggal dunia karena terpapar Covid-19. (Ist)

SELAMA masa pandemi Covid-19, kematian menjadi sebuah kata pamungkas untuk kisah akhir kehidupan ini. Awalnya, peristiwa “kematian karena terpapar Covid-19” dulu sangat heboh, cepat viral, dan luar biasa.

Namun lama kelamaan, seiring waktu berjalan, kematian menjadi peristiwa biasa.

Liem Tjay sering mendengar berita lelayu dari suara corong masjid, yang masuk lewat jendela kamar pastoran.

Memang jendela kamar Liem Tjay menghadap arah sebuah masjid di pinggir Sungai Serayu. Jelas sekali. Liem Tjay mendengar nama tetangga yang meninggal dunia.

Bersamaan itu anjing pastoran menggonggong dengan suara melengking. Dia selalu menyambut tetangga RT yang diberitahukan menghadap Allah SAW.

Di sisi lain, mobil ambulans lewat dan terus lewat.

Bunyi sirene menderu-deru setiap saat. Tanda ada yang sakit gawat atau meninggal. Pemandangan ini menjadi peristiwa yang biasa.

Setiap orang pasti berpikir dan berpendapat bahwa ada saudara kita yang meninggal. Dengan gelar corona. Kematian di masa pandemi menjadi hal biasa yang menghiasi hidup setiap saat.

Benarkah demikian?

Liem Tjay tertegun sejenak dan menghela nafas dalam dalam. Sambil mencari jawaban mengapa demikian.

Kematian itu datang bertubi-tubi.

Liem Tjay terusik dengan peristiwa kematian yang bertubi-tubi di masa pandemia corona. Hujan derai airmata lalu membanjiri dunia kehidupan manusia.

Sedih, kecewa, putusasa, protes, marah, dan akhirnya pasrah itulah proses pergulatan batin yang menuju ambang batas ketidakberdayaan manusia.

Gelar dari Universitas Corona

Jenazah-jenazah dengan predikat “tereliminasi” dari “Universitas Corona-19” antri dengan sabar menempati lahan tidur yang telah disulap sebagai TPA.

Kecewa dan sedih.

Apalagi liem Tjay merasa kecewa dan sedih bila ada saudara sepanggilan. Kolega religius satu demi satu dijemput Tuhan.

  • Ada religius yang pasrah menghadap Tuhan karena terkapar virus corona.
  • Ada religius yang sudah saatnya menghembuskan nafas terakhir, karena usia sepuh. Atau sudah lama bergelut dengan penyakit bawaan.
  • Ada religius yang tiba tiba meninggal, tanpa ada tanda tanda sebelumnya.

Jumlah para religius (uskup, pastor, frater, bruder, dan suster) yang menyelesaikan panggilan suci sampai kematian memang cukup signifikan selama masa pandemi ini.

Bahkan, yang membuat Liem Tjay kehilangan kata-kata, ketika tiba-tiba teman satu Kongregasiku, Romo Simon Heru Supriyanto OMI, tanggal 6 September 2021 lalu juga malah harus berpulang ke rumah Bapa karena terpapar Covid-19. Makin sedih lagi, ia meninggal usai menjalani perawatan di rumah sakit dan sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Fakta dan data yang RIP

Sepanjang bulan Agustus 2021

  1. Romo Ignatius Ibar SVD.
  2. Sr. Catharina Seilan SFIC.
  3. Romo Heribetus Supriyadi O.Carm.
  4. Romo Markus Tukiman SCJ.
  5. Pastor Cornelis “Kees” Bohm MSC
  6. Sr. Adriana FSGM.
  7. Romo Kornelius OFM
  8. Br. Nico Simanjuntak BM.
  9. Br. Wilhelm Leensen FIC.
  10. Pastor Yohanes “Yan” Oba SVD.
  11. Pastor Hendrik Daros SVD.
  12. Pastor Oliver Maire.
  13. Br. Andreas “Benyamin” Ade SVD.
  14. Br. Stefanus Watun SVD.
  15. Pastor Paskalis Berkhmans SVD.
  16. Pastor Gabriel Mite SVD

Sepanjang bulan Juli 2021:

  1. Romo FX Hendrawinata Pr.
  2. Romo Wihelmus Mut Mungkur Pr.
  3. Romo Christianus Sugiyono Pr.
  4. Romo Andreas Yuniko Poerdianto SJ.
  5. Sr. Clementine Mujiati Misc.
  6. Sr. Anselma PIJ.
  7. Sr. Lucia Maria PIJ.
  8. Romo Benedictus Yosef Labre Subagio Pr.
  9. Mgr. John Hsane Hgyi.
  10. Sr. Lusia Andayani SSpS
  11. Sr. Anita Bunardi OSU
  12. Sr. Rosa SFS.
  13. Sr. Theodora HK.
  14. Romo Herbert Henslok SCJ.
  15. Sr. Josefphia Surti Susantinah OSU.
  16. Sr. Alexis Soedibjo OSU.
  17. Sr. Christophore Siti Markamah OSF.
  18. Sr. Christa Sunaryatun PK.
  19. Sr. Vincent Maria PIJ.
  20. Pastor Makarius Dala Koli CP.
  21. Romo Suherman Pr.
  22. Sr. Lucia Christina Sularsih AK.
  23. Sr. Helena Losye MASF.
  24. Sr. M. Yosea Soewarni OSF.
  25. Pastor Marcellus Rarun MSC
  26. Romo Antonius Sarto Miktada SVD
  27. Sr. Cecile Pringgadipura OSU.
  28. Sr. Paulo Surjanto Yuliawati OSF.
  29. Romo JB Sahid Pr.
  30. Sr. Mirianti Han RGS/

Rekapnya jadi demikian:

  • Juni: 7.
  • Mei: 13.
  • April: 10.
  • Maret: 10.
  • Februari: 13.
  • Januari: 19

Liem Tjay merekap kembali data jumlah religius yang telah dipanggil Tuhan selama bulan Januari–Agustus 2021. Data ini kami olah dari Sesawi.Net.

Sudah ada 118 religius (uskup, imam bruder, suster) yang telah dijemput Tuhan dalam peristiwa kematian dan kemudian jadi RIP. 

Dimana ada tulisan RIP?

  • Di makam-makam Katolik–Kristen.
  • Pemberitahuan–berita kematian (Ho Im sebutan untuk iklan dukacita kalangan Tionghoa.
  • Kartu ucapan belasungkawa.
  • Karangan bunga ucapan dukacita.
  • Ungkapan pribadi di WA.

Tulisan tersebut merupakan singkatan dari ungkapan bahasa Latin “Requiescat in Pace”. Artinya “Semoga dia beristirahat dalam damai.” (Mazmur 4:9).

Setiap orang tentu ingin hidup tenang dan damai. Itulah yang dikidungkan Daud, “Ah, sekiranya aku bersayap seperti merpati, aku akan terbang mencari tempat yang tenang (Mazmur 55: 6)”. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here