Roger Casugay: Itu Pemberian yang Bermakna

0
167 views
Roger Casugay peselancar Filipina by Merah Putih.

NAMANYA Roger Casugay. Lahir 10 Maret 1994, berkebangsaan Filipina. Kulit sawo matang, cenderung legam. Roger seorang peselancar atau surfer tingkat nasional Filipina, bahkan prestasinya diakui lawan-lawannya di kawasan regional. Beberapa juara digenggamnya, yang lain segera direbutnya.

Bulan Desember lalu, di arena SEA Games, dalam nomor Men’s Longboard, Roger kembali memimpin pertarungan. Lawan yang membayangi dengan ketat adalah Arip Nurhidayat dari Indonesia.

Dari tepi pantai, penonton tuan rumah bertepuk riuh rendah. Roger memimpin pertandingan ditempel pesaing terdekatnya. Roger diperkirakan akan menang dan merebut medali, kecuali kalau terjadi sesuatu di luar dugaan. Ternyata, “sesuatu” itu terjadi.

Tiba-tiba, angin berbalik drastis. Ombak membesar bergulung-gulung. “Kondisi ombak besar pasca Taifun Tisoy mengakibatkan pantai La Union yang terkenal ramah berubah menjadi ganas”. (Detik.Com, sport, 7 Desember 2019).

Arip mengalami kecelakaan. Papan selancarnya terbalik, tali kekangnya putus dan dia terjatuh. Kebetulan Roger sedang “menari” tak jauh dari situ. Atas izin panitia di darat, dengan sigap Roger menghampiri dan menolong Arip. Kemudian, keduanya berpegangan papan luncur milik Roger, mengayuhnya ke pantai.

Arip selamat, tak kurang suatu apa pun. Roger tak jadi menang. Dia rela melepaskan medali yang nyaris digenggamnya. Roger memberikan miliknya yang sangat berharga untuk sebuah kemanusiaan. Persembahan yang diberikan Roger disebut sebagai “pemberian yang bermakna” atau “meaningful giving”.

“Pemberian” disebut sebagai “pemberian bermakna” ketika karena itu, dirinya “kehilangan sesuatu yang sangat berharga”, sangat berarti, bahkan sampai mengorbankan hidupnya sendiri. Si pemberi “kehilangan besar”. Itu yang disebut “great loss”.

“Great loss exemplifies the true sense of a meaningful love between human being”. Ia menandai transfer kasih yang bermakna antar manusia. Orang sering sudah merasa bangga dan berjasa ketika memberi dari kelebihannya. Biasanya, yang dipakai rujukan adalah ajaran agama yang dianutnya. Ternyata “memberi” berbeda dengan “memberi yang bermakna”.

Pakaian kumal yang sudah tua disumbangkan ke korban banjir. Yang baru, masih bagus atau mahal harganya, disimpan dalam lemari, meski jarang dipakainya.

Makanan hambar dan tak menambah selera, bahkan setengah basi, dibawa ke meja belakang karena yang lezat dan mahal, disimpan di lemari es untuk disantap, kapan-kapan.

Jumlah uang “ala kadarnya” dibagi kepada yang membutuhkan, sementara yang disimpan di dompet atau tabungan, beribu, berjuta atau bermilyar kali nilainya.

Bahkan ketika kita ingin sedekah kepada orang di pinggir jalan, lebih dulu memilih lembar yang paling kumuh.

Nominalnya sama, tetapi secara fisik harus yang lebih jelek, bila itu untuk orang lain. Praktik-praktik yang banyak dilakukan, termasuk oleh saya sendiri.

Memberi sebagian (sangat) kecil dari apa yang dimiliki, tanpa merasa suatu pengorbanan atau kehilangan besar, jelas bukan “memberi yang bermakna”.

“Memberi yang bermakna” diambil dari kekurangannya, bukan kelebihannya. “Memberi bermakna” terjadi bila dalam diri si pemberi terasa adanya great loss.

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu. Sebab mereka memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan dia memberi seluruh nafkahnya”. (Luke 21:3-4).

Apa yang dilakukan Roger kepada Arip, masuk kategori itu. Roger kehilangan sesuatu yang sangat bernilai bagi dirinya, yaitu juara. Roger harus menyimpan dalam-dalam prestise, kemenangan, ketenaran bahkan juga kekayaan, yang sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun dipersiapkannya.

Susah payah dilaluinya, keringat dan airmata dikucurkannya, tantangan dikalahkannya, demi meraih prestasi yang diimpikannya. Semua sirna karena menolong nyawa sesama adalah perbuatan mulia yang jauh di atas itu semua.

“Memenangkan kompetisi dan menjunjung sportivitas itu penting, tapi kemanusiaan di atas segalanya”. (Presiden Joko Widodo, 6 Desember 2019).

Seharusnya, bangsa Indonesia khususnya, dan Asia Tenggara umumnya, memberikan penghargaan seperti yang dilakukan Arip kepada lawannya itu.

Sesampai keduanya di pantai, Arip mengangkat tangan kanan Roger dengan tangan kirinya. Suatu tanda sekaligus “upacara” bahwa Roger telah memenangkan pertarungan ini, dan meraih medali, meski tak sampai garis finis.

Kisah kepahlawanan Roger sangat layak untuk dihargai, bahkan dihormati. Bukan hanya untuk jasa Roger semata-mata, tetapi agar perilaku mulia ditiru oleh siapa saja yang tersentuh olehnya.

“Rewards for positive behavior inspire others to follow.” (Aviv Murtadho -DSLNG).

@pmsusbandono
31 Januari 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here