Romo Martinus Hadiwijoyo Pr dan Ina Maria dari Lewotana, Flores Timur

1
380 views
Mendiang Romo Martinus Hadiwijoyo Pr memimpinr refleksi para oeserta Retret Agung Nasional THS-THM di Kapel Tuan Ma, Larantuka, Juli 2016. (Bayu Samodro)

PERISTIWA meninggalnya Romo Martinus Hadiwijoyo, 29 Agustus 2022, telah meninggalkan duka yang mendalam bagi seluruh bagian Keluarga Besar Pencak Silat Pendidikan THS-THM. Tidak terkecuali juga dirasakan di Lewotana, Flores Timur.

Bersama Romo Frederikus Tutoama Saban, Ketua Komisi Kepemudaan sekaligus Moderator THS-THM Distrik Keuskupan Larantuka, ratusan anggota THS-THM dari Larantuka, Solor, Adonara, dan Seminari Menengah San Dominggo Hokeng datang mengikuti Perayaan Ekaristi.

Bersama-sama mereka  ngin mendoakan Romo Hadiwijoyo Pr, pendiri THS-THM. Perayaan Ekaristi requiem ini berlangsung di Gereja Katedral Reinha Rosari Larantuka, tanggal 31 Agustus 2022. 

Kader-kader muda masa depan Gereja

Dalam homilinya, Romo Edy Saban mengingatkan bahwa Yesus diutus Bapa-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah. Yang menentukan pengutusan-Nya bukanlah keberhasilan, melainkan apa yang didengarNya dari Bapa-Nya.

Bapa senantiasa menyertai Yesus dengan kuasa RohNya. Maka jelas, Yesus adalah Anak Allah yang penuh kuasa dan berkenan kepada-Nya.

Yesus datang untuk menyelamatkan dunia, tidak terbatas oleh tempat dan waktu. Oleh-Nya kita semua yang beriman pada-Nya juga dipanggil untuk berpartisipasi aktif dalam karya penyelamatan-Nya.

Bukan soal siapa yang lebih hebat. Juga bukan soal saya dari kelompok Apolos atau Paulus. Karena yang memberi daya hidup itu adalah Allah sendiri. Banyak tantangan dan rintangan. Semuanya bisa diatasi, jika menyendiri dan meminta bantuan Tuhan.

Romo Edy selanjutnya menandaskan sebagai berikut.

“Romo Hadi telah meninggal. Kita kader-kader masa depan Gereja yang tergabung di dalam wadah THS-THM, marilah kita  semua mau belajar dari Romo Hadi,” kata Romo Saba nPr.

“Beliau adalah sosok pribadi sangat rendah hati. Ia seorang pendekar, pendiri, tapi dia tidak mengatakan bahwa itu miliknya.

Jiwanya, rohnya, semangat pelayanannya harus menjadi bagian dari kehidupan kita.

Kita ambil ini sebagai pegangan kita di Keuskupan Larantuka. Tak boleh mengatakan bahwa saya dari golongan Apolos atau golongan Paulus.

Kita semua adalah satu dalam spirit awal wadah ini didirikan oleh almarhum,” kata Romo Saban.

Tetap satu dan bersatu

Usai misa, Koordinator THS-THM Distrik Keuskupan Larantuka Yosef Pehan Betan memberi sambutan.

“Romo Hadi memang telah pergi. Beliau orang yang dengan tenang mengatasi setiap persoalan dan masalah. Ia orang yang sangat rendah hati. Beliau telah mempersembahkan wadah ini untuk Gereja dalam membina generasi muda.

Kepergian Romo juga menjadi kekuatiran sendiri. Karena setiap orang akan membentuk kelompoknya. Ada golongan Apolos, ada golongan Paulus. Tidak ada lagi pemersatu. Tapi kita, di Keuskupan Larantuka sudah mengakhiri anggapan ini sejak 2017 saat Yang Mulia Bapa Uskup mengingatkan bahwa kita satu THS-THM Keuskupan Larantuka. 

“THS-THM Keuskupan Larantuka harus memiliki semangat, roh, jiwa Romo Hadi dalam seluruh kegiatan pelayanan kita.

Terimakasih kepada Yang Mulia Bapa Uskup Larantuka yang telah mengingatkan kita sekalian bahwa wadah ini mempersatukan kita semua. Tidak ada kelompok-kelompok. Jangan membuat pecah, retak.

Semangat Reinha bagi wadah ini adalah:

  1. Taat pada Sabda;
  2. Taat pada hirarki;
  3. Taat pada organisasi.

Ketiga itu harus menjadi spirit kamu semua.”

“THS-THM di mana pun berada, termasuk di Flores Timur ini, sungguh merasa kehilangan yang sangat mendalam. Karena Bapa Romo (Hadi) sangat mencintai semua orang dengan tidak memandang dari mana asal kita.

Misa peringatan tiga hari meninggalnya Romo Hadiwijoyo Pr bersama para anggota THS-THM di Gereja Katedral Reinha Rosari Larantuka, Flores Timur, NTT, 31 Agustus 2022. (Bayu Samodro)

Kesan dan kenangan akan sosok Romo Hadiwijoyo

Bapa Romo (Hadi) memang dari Jawa, tapi hatinya ada di semua tempat, termasuk di Lewotana ini,”  demikian Ester, seorang pengurus, mengungkapkan isi hatinya dengan mata berkaca-kaca.

Salah seorang anggota dari Adonara tampak tertunduk lesu di hadapan altar di mana foto Romo Hadiwijoyo dipasang.

“Saya sedih sekali, selama ini saya hanya mendengar cerita tentang Bapa Romo (Hadi) adalah orang baik, tapi saya sama sekali belum pernah bertemu.

Bapa Romo (Hadi) katanya janji mau datang ke Larantuka lagi, tapi ternyata sudah tidak sempat lagi,” demikian ia menyampaikan kesedihan di balik kerinduannya yang mendalam.

Romo Hadiwijoyo bersama Uskup Keuskupan Larantuka Mgr. Fransiskus Kopong Kung dalam Retret Agung Nasional dalam rangka 30 Tahun THS-THM di Larantuka, Flores Timur, 2016. (Bayu Samodro)

Jubileum 30 tahun THS-THM

Romo Hadiwijoyo sudah beberapa kali mengunjungi Flores Timur, terakhir pada tahun 2016, ketika mendampingi Retret Agung Nasional dalam rangka Jubileum Tridasawarsa THS-THM. 

Kegiatan berskala nasional yang kala itu dihadiri oleh sebagian besar anggota THS-THM dari berbagai Keuskupan di daratan Flores itu menyisakan kenangan berharga berupa momentum bangkitnya kembali THS-THM di Flores Timur sejak sebelumnya sempat berjalan tersendat-sendat.

Romo Hadiwijoyo dengan caranya yang khas telah membangun semangat seluruh anggota THS-THM utuk mencintai Bunda Maria yang senantiasa menolong setiap kehidupan umat beriman.

Sebagaimana masyarakat Flores Timur yang lekat erat dengan penghormatan pada Bunda Maria, maka kehadiran Romo Hadiwijoyo bersama THS-THM telah membawa warna ke-Katolik-an yang semakin erat di kalangan kaum muda Gereja untuk mencintai tanah tumpah darahnya.

Prosesi Doa La Pieta Jakarta–Larantuka

Setahun sebelumnya, Oktober 2015, Romo Hadiwijoyo bersama rombongan peziarah dari Paroki Lubang Buaya – Kalvari, Keuskupan Agung Jakarta- juga mengadakan prosesi doa Jakarta–Larantuka melalui jalan darat selama dua pekan.

Para peziarah ini didampingi oleh Romo Hadiwijoyo berdevosi pada Bunda Maria demi terkabulnya permohonan penerbitan izin pembangunan gereja Kalvari Lubang Buaya, Jakarta Timur, yang telah diupayakan puluhan tahun lamanya tanpa ada kemajuan sama sekali.

Dan syukurlah akhir tahun 2021 lalu, IMB itu akhirnya diperoleh.

Para peziarah dengan dibantu oleh THS-THM mengusung patung Bunda Maria yang memangku jenazah Yesus, karya seniman Michelangelo, dari Jakarta hingga Larantuka, dalam lantunan doa yang khusuk. 

Dalam sakitnya yang sudah semakin parah, Romo Hadiwijoyo kemudian menerima berita sukacita bahwa Izin Mendirikan Bangunan untuk Gereja Kalvari Lubang Buaya diserahterimakan dari Gubernur DKI Jakarta H. Anies Baswedan kepada Keuskupan Agung Jakarta, tanggal 21 Desember 2021, enam tahun setelah Prosesi Doa La Pieta Jakarta–Larantuka dilaksanakan.

Saat diberitahu, Romo Hadiwijoyo hanya tersenyum sambil mengucap doa kecil, “Matur Sembah Nuwun, Gusti. (Terima kasih, Tuhan).” 

Perolehan izin ini berhasil diperoeh pada masa penggembalaan Romo Johan “Fe” Ferdinand Wijshijer sebagai Pastor Paroki Lubang Buaya dan atas kerjasama Kementerian Agama pada masa penulus menjadi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik.

Romo Fe dan penulis adalah murid-murid Romo Hadiwijoyo dalam komunitas Pencak Silat Pendidikan THS-THM.

Uskup Mgr. Fransiskus Kopong Kung juga bersimpati pada THS-THM

Uskup Keuskupan Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, mengungkapkan bahwa Romo Hadiwijoyo adalah seorang imam yang rendah hati dan tekun dalam doa.

Bapa Uskup teringat dalam banyak kesempatan berjumpa dengan Romo Hadiwijoyo yang selalu mendasarkan pembinaan kaum muda melalui doa, termasuk doa dalam gerak tubuh.

“Maka rangkaian doa panjang Romo Hadiwijoyo mendampingi umat dalam upaya memperoleh izin mendirikan gereja hingga ke Larantuka pada waktu itu (2015) telah berbuah manis,” kenang Bapa Uskup.

Mgr. Fransiskus Kopong Kung sendiri telah melibatkan diri mendampingi kegiatan THS-THM, sejak sebelum menjadi uskup dan sebagai imam diosesan berkarya di berbagai tempat.

“Romo Hadi telah berpulang dalam pelukan Bunda Maria yang pasti amat dicintainya,” lanjut Bapa Uskup mengakhiri kenangannya pada Romo Hadiwijoyo.

“Bayu Samodro – Anggota THS-THM Jakarta, 1985 (domisili di Flores Timur)”

1 COMMENT

  1. Gloria !!
    Terima Kasih Romo Hadiwijoyo. Mohon Maafkan Kami Romo dan Tolong doakan kami.
    Terima Kasih Kakak Bayu Samodro.
    Spirit Semangat THS-THM dalam Jiwa Romo wajib dijaga dipertahankan.
    Mari Bangkit buka mata iman dan Kita berjalan bersama ke Emaus 2016. Berziarah Menujuh Rahim Ema Reinha 2022.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here