Sabda Hidup: Rabu, 16 September 2015

0
1,564 views

Peringatan Wajib St. Kornelius & St. Siprianus

warna liturgi Merah

Bacaan

1Tim. 3:14-16; Mzm. 111:1-2,3-4,5-6; Luk. 7:31-35. BcO Hos. 11:1-11

Bacaan Injil: Luk. 7:31-35.

31 Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? 32 Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. 33 Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. 34 Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. 35 Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.

Renungan:

SUATU kali ada sekumpulan orang lagi duduk-duduk ngobrol. Salah satu dari mereka sibuk dengan hapenya. Sesekali dia senyum-senyum sendiri kala teman-temannya lagi serius bercakap-cakap. Ternyata dia chating. Dia tidak menikmati percakapan dengan teman-teman di sekitarnya. Sebaliknya kala berada di kumpulan lain pun ia selalu sibuk chating dan tidak masuk dalam kelompok tersebut.

Seruling dibunyikan ia tidak ikut menari. Kidung duka dinyanyikan ia tidak ikut berduka. Dunia sekitarnya dan segala suka dan duka yang dirasakan kelompoknya tertinggal oleh kesibukan, pikiran dan percakapan. Ia tidak mengikuti dinamika yang sedang terjadi. Ia menjauhkan yang dekat dan mungkin sulit menerima apa yang sedang terjadi dan dihadapi.

Rasanya ketika kita bersama dengan yang lain perlulah kita menyatukan diri dengan mereka. Kita nikmati kebersamaan yang terjadi. Kebersamaan dengan mereka yang sedang kita temui pasti akan memberikan buah yang berlimpah. Dengan begitu kita pun akan mampu menari kala seruling dibunyikan dan ikut berduka kala kidung duka dinyanyikan.

Kontemplasi:

Pejamkan matamu sejenak. Bayangkan dirimu berada di kumpulan lalu sibuk dengan hapemu sendiri. Bayangkan dirimu berada di kumpulan dan terlibat aktif dalam suka dukanya.

Refleksi:

Bagaimana menerima keberadaan kita di lingkungan sekitar kita?

Doa:

Tuhan semoga aku mampu mensyukuri segala yang kutemui. Pada yang kutemui aku lebih peduli dan menghidupi. Jangan biarkan aku menjadi makhluk asing dari dunia sekitarku dengan kesibukanku sendiri. Amin.

Perutusan:

Aku akan menerima dengan baik yang sedang kutemui dan kugeluti. -nasp-

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here