Hari biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan
Yud. 17:20b-25; Mzm. 63:2,3-4,5-6; Mrk. 11:27-33. BcO 2Kor. 12:14-13:14
Bacaan Injil: Mrk. 11:27-33.
27 Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, 28 dan bertanya kepada-Nya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” 29 Jawab Yesus kepada mereka: “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. 30 Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!” 31 Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? 32 Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!” Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. 33 Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”
Renungan:
Ketika area stasiun ditata dan pedagang asongan tidak boleh di area tersebut banyak terjadi protes. Bahkan ada sejumlah kampus dan mahasiswanya memprotes. Pengelola kereta api menyampaikan kalau ia tidak boleh melarang pedagang asongan maka ia ingin berbagi pedagang itu untuk masuk ke kampus mereka. Mereka pun menolak. Dan sekarang ini stasiun jadi bersih, rapi dan membuat nyaman para penumpang.
Ketika ditanya oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua tentang kuasa yang dibawa Yesus, Yesus pun balik bertanya kepada mereka, “Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya” (Mrk 11:30). Mereka pun tidak bisa menjawab. Mereka tahu bahwa jawaban mereka beresiko pada diri mereka.
Rasanya kita pun perlu sungguh mempertimbangkan protes-protes kita. Jangan-jangan protes-protes kita malah akan menjerambabkan diri kita sendiri. Tetap kita perlu untuk kritis. Namun sikap kritis kita mesti dilandasi oleh aneka macam pertimbangan yang matang. Dan sikap kritis kita bukan sekedar menolak atau ingin menjatuhkan, tapi dilandasi oleh semangat membangun.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Mrk. 11:27-33. Bandingkan dengan situasi demo dan protes yang sering terjadi.
Refleksi:
Bagaimana menyampaikan aspirasi dan pertanyaan yang membangun?
Doa:
Tuhan semoga aku bukan hanya protes-protes, tapi berani melihat secara lebih dalam sesuatu yang mungkin berbeda dengan kemauanku. Amin.
Perutusan:
Aku akan menyampaikan masukan yang membangun bukan protes yang merusak. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)