Sakramen Maha Kudus di Kapel Biara Rubiah Karmelites “Flos Carmeli” Batu

0
918 views
Para biarawati rubiah karmelites "Flos Carmeli" tengah melanjutkan doa paginya usai perayaan ekaristi di kapel. (Mathias Hariyadi)

KUNJUNGAN kepada Sakramen Mahakudus tidak hanya saya lakukan bersama para suster,  usai makan siang dan  suai  makan malam. Namun,  secara pribadi hal itu jauh lebih sering saya lakukan,  karena peraturan konstitusi kami menganjurkan sesering mungkin mengunjungi  Sakramen Mahakudus yang bersemayam di Tabernakel.

Sumber hidup

Saya pribadi menjadikan Tabernakel sebagai sumber dan pusat hidup rohani saya.

Kunjungan itu saya mulai dari pagi sebelum dan sesudah melakukan tugas harian, sebelum dan sesudah mengikuti pelajaran (saat masih suster postulan, novis, dan kemudian yunior), sesudah menerima tamu, sebelum dan sesudah bepergian meninggalkan kompleks biara: misalnya berobat atau mengantar suster kami ke RS, mengunjungi keluarga inti yang sakit/meninggal dunia, mengurus e-KTP, mengikuti Pilkada maupun Pemilu, mengunjungi komunitas kami yang di Tangkiling Palangkaraya, maupun menghadiri undangan dari Ordo Karmel atau dari Keuskupan.

Baca juga: Sakramen Maha Kudus di Kapel Biara Rubiah Karmelites “Flos Carmeli” Batu

Usai menerima tamu

Secara khusus, kunjungan ke Sakramen Mahakudus di Kapel Biara Rubiah Karmelites “Flos Carmeli” biasa saya lakukan usai  menerima tamu yang mengunjungi biara. Berbagai macam tamu yang saya terima dengan berbagai macam peristiwa, saya persembahkan kepada Dia yang bertahta di Tabernakel.

Jika dari tamu ada kabar tentang peristiwa sedih, maka  saya mohonkan rahmat kekuatan dan penghiburan agar yang bersangkutan bisa menerima kenyataan yang sedang dihadapi sehingga mendapat apa yang mereka harapkan.

Dalam keheningan datang menghadap Tuhan, memandang keberadaan Tuhan melalui Sakramen Mahakudus di Tabernakel altar kapel biara. (Mathias Hariyadi)
Dalam keheningan datang menghadap Tuhan, memandang keberadaan Tuhan melalui Sakramen Mahakudus di Tabernakel altar kapel biara. (Mathias Hariyadi)

Jika sang tamu mengalami  peristiwa gembira karena tercapai apa yang diharapkan dan mengalami kelegaan dalam hatinya, maka juga  saya mohonkan agar tidak mudah lengah. Di hadapan Sakramen Mahakudus, saya doakan agar tamu itu senantiasa  dan tsedia berjaga dalam doa serta mau dan mampu bersyukur; itu karena semua yang diterimanya hanyalah karena kasih karunia dari Allah Bapa semata.

Terlebih saya sangat prihatin terhadap masalah suami istri yang tidak memungkinkan lagi untuk bersatu, selain karena sudah disucikan oleh Sakramen Pernikahan juga karena sudah dikarunia anak. Kadang saya juga ikut protes kepada Tuhan mengapa hal itu terjadi hingga sekian lama, tidak adakah jalan untuk menyatukan mereka, namun saya yakin Tuhan memelihara mereka juga dengan cara-Nya sendiri terbukti kebanyakan dari mereka masih bisa bersyukur dan memuji Dia Sang Sumber Penghiburan.

Menghantar bapak ‘berpulang’

Saat itu,  saya masih berstatus  suster yunior tahun ketiga. Bapak saya sedang sakit keras dan sesudah saya diberi kesempatan untuk menengoknya,  selang beberapa hari kemudian berpulang ke-Rahmattullah.  Almarhum bapak saya semasa hidupnya bukanlah seorang katolik, melaikan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Setelah saya pulang dari rumah dan kembali ke biara,  saya langsung bersujud di depan Sakaramen Mahakudus dan berucap: “Bapa,jikalau saya sudah tidak ada waktu untuk berjumpa dengan orang yang telah Kauberi kepercayaan untuk mendidik,memelihara dan membesarkan saya, pertemukanlah saya kelak di surga”.

Ini sudah menjadi konsukensi, bahwa setelah masuk biara kontemplatif, maka saya juga tidak begitu mudah untuk pulang ke rumah sewaktu-waktu. Setelah berucap demikian saya persembahkan seluruh keberadaan almarhum bapak kepada Dia, Sang Asal dan Tujuan hidup kami.

Malam itu pukul 21.15 WIB Ibu Priorin almarhum  Sr. M. Brocarda O.Carm datang memberitahu saya bahwa bapak  sudah kritis kondisi kesehatannya. Kepada Sr. Priorin alm. Sr. M. Brocarda O.Carm   saya minta izin agar diperbolehkan berdoa di kapel untuk menghantar ‘kepergian’ bapak dan hal itu saya diizinkan.

Pada pukul 23.10 WIB, maka datanglah Ibu Priorin ke kapel dan memberitahu kalau bapak sudah ‘berangkat’ (meninggal dunia).

Terimakasih Tuhan atas pendampingan-Mu, sambutlah dan terimalah arwah bapak ke dalam pangkuan-Mu.  Itulah akhir doa saya di depan Sakramen Mahakudus yang bersemayam di Tanernakel.

Berdoa dan bersujud di depan Sakramen Mahakudus yang bersemayam di dalam Tabernakel sungguh menguatkan seluruh keberadaan jiwa, raga dan roh Allah yang ada dalam diri saya.

Dimuliakanlah Engkau ya Allah di seluruh muka bumi dalam Hosti Suci.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here