Home BERITA Sedih dan Bangga

Sedih dan Bangga

0
Ilustrasi - Jadi korban pengeroyokan. (Ist)

Renungan Harian
Kamis, 03 Februari 2022
Bacaan I: 1Raj. 2: 1-4. 10-12
Injil: Mrk. 6: 7-13

SORE itu, saya mendapatkan telepon dari seorang bapak umat di paroki; minta agar anaknya mendapatkan pengurapan orang sakit. Anaknya sekarang ada di UGD Rumah Sakit Umum Daerah.

Saya segera berangkat menuju RSUD untuk memberikan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Sesampai di sana, bapak yang tadi menelepon telah menunggu di depan UGD dan segera mengajak saya masuk ke tempat anaknya mendapatkan pertolongan.

Saya terkejut melihat anak muda putera bapak itu. Mukanya biru lebam, di beberapa bagian tubuhnya nampak luka-luka yang telah diperban. Saya segera memulai upacara pengurapan untuk anak itu.
 
Setelah selesai upacara selesai, bapak itu bercerita: “Romo, saya melihat anak saya amat sedih, tetapi juga bangga. Anak saya ini menjadi korban pengeroyokan oleh teman-temannya di sekolah yang dendam dengan dia.

Menurut cerita para guru dan teman-teman anak saya, mereka yang mengeroyok anak saya ini memang anak-anak bermasalah dan sering bikin onar di sekolah.
 
Menurut teman-teman sekelasnya, kejadian ini diduga berawal dari kejadian tiga hari yang lalu. Ada satu anak, salah satu pengeroyok membuli salah seorang teman di kelas.

Anak yang dibuli itu dipukul, diinjak, disiram air; bahkan diludahi oleh salah seorang pengeroyok ini.

Gara-garanya anak ini dipinjami hasil pekerjaan rumah tidak boleh; karena  anak yang membuli ini selalu meminjam hasil pekerjaan rumah untuk disalin.

Nanti kalau ketahuan oleh guru karena jawabannya sama, maka anak yang meminjamkan ini akan dihukum dan diberi nilai nol.

Saat anak itu dibuli teman-teman diam tidak berani berbuat apa-apa karena takut. Tetapi entah bagaimana anak saya membela. Akibatnya, anak saya dipukul.

Tetapi karena anak saya belajar bela diri, dia bisa menghindar dan membela diri. Nah, karena kejadian itu tadi sepulang ekstra kurikuler, anak saya dikeroyok oleh 10 orang anak.

Akibatnya, anak saya seperti itu dan yang mengeroyok sekarang sudah di kantor polisi.
 
Romo, melihat anak saya seperti itu pasti saya amat sedih, siapa sih orangtua yang tidak sedih melihat anaknya seperti itu.

Namun di sisi lain saya bangga dengan anak saya. Saya bangga ,karena anak saya berani membela temannya yang dibuli, yang tidak berdaya.

Saya bersyukur bahwa anak saya berani. Artinya apa yang kami nasihatkan dan kami ajari agar menjadi anak yang tangguh dan berani membela kebenaran itu didengarkan dan diresapkan,” bapak itu mengakhiri ceritanya.
 
Saya bisa merasakan kesedihan dan kebanggaan bapak itu.

Betapa bersyukurnya orangtua, jika nasihatnya didengar, diresapkan dan dijalankan. Kebanggaan orangtua adalah melihat anak-anaknya bertindak sebagaimana yang dinasihatkan. Setiap oran tua selalu berharap anaknya menjadi manusia yang mulia.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Raja-Raja, di akhir hidupnya, Daud memberikan nasihat kepada Salomo anaknya agar luhur keturunan dan kerajaannya.

“Kemudian Salomo duduk di atas takhta Daud, ayahnya, dan menjadi kokohlah kerajaannya.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version