AWAL Juni 2022 lalu, Samino bersedia menerima tidak kurang 20-an orang di rumahnya di bilangan Ciledug, Kota Tangerang.
Mereka semuanya ibu-ibu. Tapi ada juga sejumlah perempuan muda di antara mereka.
Ibu-ibu paroki
Yang pasti, mereka ini bukan “sembarang” ibu-ibu tentu saja. Karena, mereka ini adalah ibu-ibu penggiat usaha kecil-kecilan.
Atau setidaknya, mereka ini punya keinginan kuat ingin bisa membuka usaha kecil. Katakanlah warung makan rumahan. Dan salah satu bahan yang mesti mereka siapkan adalah mie atau bakmi.
Mereka datang dari Paroki Santa Monika di Serpong, Tangerang Selatan. Bahkan, sebagian kecil dari rombongan itu berasal dari Paroki Santo Nikodimus Ciputat, Tangsel.
Mereka datang untuk “berguru” pada Samino. Dalam hal memproduksi mie yang selama ini dikerjakan Samino di rumahnya. Semacam home industry begitulah.
Karena mie atau bakmi made by Samino ini memang diproduksi di rumah sendiri. Bukan pabrik.
Sejak tahun 1981
Yang menarik, Samino membuat pengakuan mengejutkan, tapi sekaligus juga membanggakan.
Tahun 1981 silam adalah awal pertama kalinya Samino mulai membuat mie ayam hasil gilingan rumah sendiri. Dulu sekali, kata dia, dalam sehari Samino hanya mampu memproduksi mie paling banter hanya 10 kg saja.
“Sekarang ini, untuk keperluan produksi mie sehari saja, kami bisa menghabiskan 1,3 ton tepung terigu,” kata Samino menjawab Sesawi.Net dan Titch TV.
Syukurlah, kata Samino, pihaknya selalu mendapat dukungan penuh dari PT Bogasari Indonesia. (Berlanjut)
