Home BERITA Sejak Kecil Diajari Kongsi Makan

Sejak Kecil Diajari Kongsi Makan

0
329 views
Ilustrasi - Anak-anak saling berbagi makanan by Dreamstime

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.

Minggu, 1 Agustus 2021.

Minggu Biasa Pekam XVIII

Tema: Roti atau Nasi Sorgawi.

  • Bacaan Kel. 16: 2-4, 12-15.
  • Ef. 4: 17-20.
  • Yoh. 6: 24-35.

TAK dipungkiri roti atau nasi adalah salah satu kebutuhan dasar hidup manusia. Asupan karbohidrat penting untuk tubuh.

Tak bisa hidup tanpa makan.

Yesus menyempurnakan dan membenarkan motivasi orang untuk hidup dalam tata rahmat. Tidak sibuk atau disibukkan hanya mencari makan; menumpuk kepemilikan; kerakusan akan materi.

“Manusia hidup tidak hanya dengan makan saja.” Bdk. Luk. 4:3.

Perjumpaan dengan Yesus dalam firman-Nya membawa kita kepada ekaristi, makanan dan bekal kehidupan abadi. Dalam Ekaristi Sabda mencapai daya maksimal sebab Dia  adalah Sabda hidup.

Dalam Ekaristi, Allah Bapa Yang Maha Mulia menerima penyembahan terbesar yang kita persembahkan. Ia sendiri yang telah lebih dulu mengurbankan diri-Nya yang kita terima dalam komunis Suci.

Inilah Perjanjian Baru. Kita mewujudkan dan melanjutkan sepenuhnya karya Tuhan yang mengubah kehidupan kita.

Berbagi

Suatu saat, saya berkunjung ke sebuah rumah keluarga. Mereka punya tiga anak.

Ketika saya tiba, nyonya pun baru datang dari luar. Kami masuk bersama. Berbicara bersama dan dalam suasana kekeluargaan.

Nyonya  memberi tiga roti hamburger kepada anaknya masing-masing. Anak-anak langsung berkata, “Makasih, Ma.”

Mereka pun menggigitnya dengan lahap.

Papanya melihat kejadian itu, berkata, “Loh  ada yang lupa ya! Bagaimana kalau kalian makan. Masa lupa yang Papa Mama ajarkan.”

Tiba-tiba anak yang besar, kelas 6 SD, mengatakan, “Cobain, punya Koko enak.”

Adiknya yang kecil nomor tiga menggigitnya, dan berkata , “Iya, enak Ko.”

Langsung otomatis si adek juga berkata, “Ko, Cobain ini!”

Koko yang masih blepotan menggigit. “Sama enaknya.”

Lalu saya lihat ketiganya memberikan gigitan-gigitan kecil antar mereka.

Saya kagum dan tersenyum dan berkata, “Hebat ya, anak-anakmu.”

Nyonya menjelaskan.

“Romo, kami membiasakan anak-anak rukun sedari awal. Semenjak kecil, mereka tidak berhak memiliki apa pun yang kami berikan, walaupun untuk mereka.

Mereka hanya boleh menikmati; memelihara boneka-boneka atau hadiah apa pun dari kami. Ketiganya kami ajari untuk  mau meminjami apa yang ia miliki ke saudara-saudarinya.

Bahkan kalau satu kekurangan buku tulis, dia akan pinjami kepada saudaranya dan memberitahu kepada kami.

Lalu, kami akan menggantinya,” tuturnya.

“Demikian pun soal makanan. Kami latih mereka untuk berbagi. Kami sendiri melakukan hal yang sama.

Ketika kami makan bersama, sendok pertama dengan lauk pasti akan kami berikan kepada pasangan. Pasangan memberi komentar supaya anak-anak melihat bahwa berbagi itu adalah kebaikan,” lanjutnya.

“Pernahkah anak-anak melanggar?”

“Iya pernah. Tapi jarang sekali. Mereka melanggar, karena mungkin pada saat itu dia suka makan dan makanan itu cocok bagi mereka,” jawabnya.

“Lalu apa yang kalian buat?”

“Kami tetap memberitahu dengan baik. Tetapi kalau mereka tidak mau memberi sama sekali, kami tidak memberikan oleh-oleh  ang kami beli selanjutnya.

Kalau mereka protes, kami memberitahu, ‘Kamu, kemaren tidal berbagi.’

Makin lama anak-anak makin sadar dan jarang sekali melanggar,” jelasnya makin lengkap.

“Aduh hebat sekali kalian mendidik anak,” kataku mengiyakan.

Memang betul, kebiasaan berbagi itu bertentangan dalam dirinya sendiri.

Setiap orang akan mementingkan diri sendiri. Dan  kalian melatih untuk berbagi.

“Apa yang kalian ingin tanamkan dalam diri anak?”

“Romo. kami menyadari kami tidak selamanya bersama mereka. Kami ingin mereka tetap saling membantu. Mereka kami ingatkan bahwa mereka sekandung, keluar dari rahim yang sama, dididik dengan kasih yang sama.

Kami ingin anak-anak saling membantu di kemudian hari, tidak merepotkan; bahkan tidak sampai memperebutkan warisan, ketika kami di usia senja,” demikian argumennya.

Yesus berkata, “Akulah roti hidup. Engkaulah pribadi ekaristik. Pribadi yang berbagi”.

Tuhan, bentuklah kami menjadi pribadi yang berbagi. Pribadi dalam semangat belas kasih ekaristik. Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here