Semakin Banyak Tarekat Religius Masuk Berkarya di Keuskupan Ketapang, Jesuit Barisan Terakhir (7)

0
394 views
Mobil 4x4 four wheel drive Keuskupan Ketapang sampai terperosok masuk kubangan lumpur. Tampak Mgr. Pius berdiri depan mobil. (Dok. Keuskupan Ketapang))

WILAYAH pastoral Keuskupan Ketapang itu maha besar. Luas banget areal layanan pastoralnya karena sekarang meliputi dua kabupaten. Yakni, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara.

Dulu sekali -sebelum muncul Kabupaten Kayong Utara- wilayah Kabupaten Ketapang itu saja jauh lebih besar dibandingkan satu wilayah provinsi di Jawa; semisal Provinsi Jateng atau Provinsi Jatim. Padahal, kedua di kedua provinsi di Pulau Jawa ini ada sebegitu banyak kabupaten.

Wilayah terluas di Provinsi Kalbar

Sementara, Kabupaten Ketapang ya hanya satu kabupaten itu saja. Nah, dengan membawahi dua wilayah kabupaten -Ketapang dan Kayong Utara- maka bisa dimengerti kalau tanggungjawab pastoral dan kerja keras Keuskupan Ketapang itu sangat besar.

Belum lagi kalau harus menyebut, Keuskupan Ketapang merupakan keuskupan dengan wilayah pastoral se Provinsi Kalbar di mana ada Keuskupan Sanggau, Keuskupan Sintang, dan Keuskupan Agung Pontianak.

Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi menjajal keberanian dengan mengendarai sepeda motor trail untuk meniti jalan kecil basah dan licin di kawasan pedalaman Keuskupan Ketapang. (Dok. Keuskupan Ketapang)

Bisa dimengerti, bila Keuskupan Ketapang di Provinsi Kalbar sangat membutuhkan bantuan. Dalam bentuk apa saja.

Kali ini, kegembiraan itu disampaikan Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi saat melakukan pemberkatan di areal lahan calon Pertapaan Trappist di Penggadungan, Kecamatan Sungai Melayu, Kabupaten Ketapang, hari Rabu tanggal 13 Juli 2022.

Bantuan “tenaga kerja” yang diterima Keuskupan Ketapang dalam hal ini adalah para “pekerja rohani” di ladang anggur Tuhan: para religius dari berbagai Kongregasi dan Ordo yang mengirim anggotanya untuk melakukan berbagai misi layanan pastoral, pendidikan, dan karya lainnya.

Jejak awal Keuskupan Ketapang

Menurut buku Jalan Berlumpur, Sungai Beriam: OSA Membangun Ketapang (2021), cikal bakal Keuskupan Ketapang ini justru dibangun oleh para misionaris awam dari Daratan Tiongkok yang datang ke Ketapang tahun 1910.

Barulah di tahun 1918 dan atas kerja keras Tan A Hak, terjadilah peristiwa pembaptisan pertama di kalangan masyarakat lokal Dayak di Serengkah – tidak jauh dari Tumbang Titi.

Setelah diampu oleh tenaga pastoral dari Prefektur Apostolik Pontianak yang mengutus dua imam misionaris Fransiskan Kapusin (OFMCap), cikal bakal Keuskupan Ketapang dilanjutkan oleh para imam misionaris Passionis (CP) dari Negeri Belanda. Mantan Provinsisial Passionis Negeri Belanda Romo Gabriel Wilhelmus Sillekens CP yang belakangan juga menjadi misionaris ke Ketapang menjadi uskup pertama untuk Keuskupan Ketapang (1961).

Barulah kemudian ada Romo Zakharias Lintas Pr yang menjadi imam Dayak pertama yang menjadi imam diosesan Keuskupan Ketapang.

Kini, setelah mendapatkan sejumlah tenaga lokalnya -para imam diosesan (praja)- Keuskupan Ketapang masih tetap mendapat bantuan tenaga dari Passionis (CP). Lalu ditambah para pastor Ordo Santo Augustinus (OSA), Kongregasi Redemptoris (CSsR), dan kemudian Jesuit masuk sebagai “barisan terakhir” ikut melayani Keuskupan Ketapang (Komisi Pendidikan Keuskupan, Pusat Pastoral dan Seminari Menengah St. Laurensius Payakkumang, dan Pra-Paroki Botong).

Barisan para suster yang berkarya di Keuskupan Kerapang adalah Kongregasi Suster Santo Augustinus dari Kerahiman Allah (OSA) sejak 1949, Kongregasi Suster Gembala Baik (RGS), Kongregasi Suster Sang Timur (PIJ), Ancelle Dei S. Cuore di Gesu (ACI), Kongregasi Suster Passionis (CP), dan Kongregasi Suster Fransiskan Dina (SFD).

Bruder yang berkarya di Keuskupan Ketapang adalah FIC.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here