Home BERITA Semar Mbangun Kahyangan

Semar Mbangun Kahyangan

0
304 views
Tokoh wayang Semar. (Ist)

Puncta 16 Juli 2025
Rabu Biasa XV
Matius 11:25-27

KETIKA kehidupan rakyat di Kerajaan Amarta karut marut; para pemimpin hanya mengeruk kekayaan untuk diri sendiri, korupsi merajalela dari atas sampai bawah secara terang-terangan, banyak pajak mencekik rakyat, penguasa berebut menguasai sumber daya alam, PHK di mana-mana, rakyat sedang menjerit.

Institusi agama tidak memberi contoh yang baik, bahkan kongkalikong mengolah hasil tambang di negeri yang gemah ripah lohjinawi ini. Banyak rakyat yang terjepit dan menjerit namun tak mendapat keadilan. Para pemimpin sibuk memikirkan keluarganya sendiri,

Adalah Semar, rakyat jelata, yang punya inisiatif membangun Kahyangan.

Kahyangan adalah suasana yang aman, damai, tentram, rukun, guyub dan penuh kasih sayang. Semar memikirkan bagaimana rakyat kecil bisa hidup tenang dan nyaman, damai sejahtera.

Semar adalah abdi, gambaran orang kecil yang hati dan budinya murni tanpa pamrih. Pikirannya jernih menuju kepada kebaikan bersama. Ia hidup sederhana dan mensyukuri segala anugerah Tuhan.

Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.”

Mari kita renungkan kata-kata bijak para leluhur kita dulu:
”Ora kabeh wong pinter kuwi bener” (tidak semua orang pintar itu benar)
“Ora kabeh wong bener kuwi pinter” (tidak semua orang benar itu pintar)

“Akeh wong pinter ning ora bener” (banyak orang yang pintar tapi tidak benar)
“Lan akeh wong bener senajan ora pinter” (banyak orang benar meskipun tidak pintar)

“Nanging tinimbang dadi wong pinter ning ora bener, Luwih becik dadi wong bener senajan ora pinter” (Daripada jadi orang pintar tapi tidak benar, lebih baik jadi orang benar meskipun tidak pintar)

“Ana sing luwih prayoga yaiku dadi wong pinter sing tansah tumindak bener.”
(Ada yang lebih bijak, yaitu jadi orang pintar yang selalu berbuat benar)
Minterna wong bener, kuwi luwih gampang tinimbang mbenerake wong pinter…”
(Memintarkan orang yang benar, itu lebih mudah daripada membenarkan orang yang pintar)

“Mbenerake wong pinter kuwi mbutuhke beninge ati, lan jembare dada.”
(Membenarkan orang yang pintar itu membutuhkan beningnya hati, dan luasnya kesabaran).

Marilah kita menjadi orang benar walaupun tidak pintar.

Jadi orang bijaksana, walau tidak kaya harta. Hidup penuh syukur karena kita suka “nandur” (menanam kebaikan).

Semar mbangun kahyangan,
Para penguasa mbangun kerajaan.
Makna sebuah kebahagiaan,
Tidak diukur oleh harta kekayaan.

Wonogiri, sepi ing pamrih rame ing gawe
Rm. A. Joko Purwanto,Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here