“Semburat Putih Pelangi Kasih”, Novel Perdana Karya Suster Biarawati

2
1,439 views
Novel baru "Semburat Putih Pelangi Kasih" karya perdana Sr. Monika Ekowati SND, suster biarawati asal Blora, Jateng. (Ist)

BEGINILAH  rasanya  dicintai  tanpa  syarat. Begitu  ringan  tanpa  beban. Hanya  ada  kebahagiaan dan  kebebasan  batin  yang  dirasakan.

Ia menari  begitu  bebas  dan lepas.  Semua  gerakan  begitu  mengalir  dari  jiwa  dan  batinnya. Hanya  pesona  Purnama tepat  pada  pukul  tiga  dinihari yang  bisa  membuat dia berhenti.

Warna  yang  menawan  melingkar  seperti  pelangi di atas  kepalanya, yang  menarik  seluruh  kekuatannya untuk  berhenti  menari. Kupandangi  Sang  Dewi  di wajah  rembulan.

Dalam  hening  sikap  memuji, pelangi  itu  tak  lagi  terurai  dalam  warna-warni. Semua  telah  menyatu  dengan  tali  kasih  ilahi menjadi  putih. Memancar  terang  namun  lembut dalam  rupa  Purnama.

Inilah Semburat  Putih  Pelangi  Kasih Sang  Pencipta yang  mencintai dia   tanpa  syarat. Dan mulai  malam  itu, namanya adalah  Dewi  Kili  Suci.

Karya perdana suster biarawati

Buku baru ini  merupakan novel perdana besutan seorang suster biarawati katolik Indonesia. Nama suster biarawati ini adalah Monik de Blor. Namun, nama ini adalah ‘nama panggung’ di jagad literasi sastra Indonesia.

Novel ini digarap dengan nuansa kultur sosial dan budaya Blora di Jawa Tengah. Ini karena suster biarawati ini asli berasal dari tlatah Kabupaten Blora.

Dilatarbelakangi sejarah dan tempat-tempat indah di Blora, novel ini dikemas dalam  balutan suasana sosial masyarakat setempat yang mengakrabi budaya Jawa.

Novel ini berkisah tentang  perjuangan seorang puteri raja yang cantik dan kaya. Ia sangat berkuasa, namun bersedia melepaskan semuanya untuk menuruti panggilan suara hatinya.

Keputusan itu dia ambil agar bisa menemukan ‘kesejatian’ dirinya sebagai seorang perempuan.

Menjadi seorang  perempuan adalah cita-citanya; seorang perempuan yang dipenuhi dengan cinta dari ayah-bundanya dan rakyatnya. Namun, cinta tak bersyarat justru paling dirasakan datang dari Sang Pemberi Hidup yang memampukan dia untuk  mencintai, dan  melepaskan keduniawian.

Itu karena di situ  ada  sesuatu  yang  lebih  mulia  dan  adiluhur.

Novel  ini  layak dibaca, karena bisa menjadi inspirasi hidup bagi para suster biarawati dan kaum perempuan pada umumnya.

 

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here