- Bacaan 1: Hak. 2:11-19
- Injil: Mat. 19:16-22
Kesempurnaan merupakan keadaan yang lengkap, kenircacatan, atau kecemerlangan tertinggi. Istilah ini bisa digunakan untuk menunjukkan beragam konsep. Dalam sejarahnya, kesempurnaan dibahas dalam sejumlah disiplin ilmu seperti, matematika, fisika, kimia, etika, estetika, ontologi, dan teologi.
Untuk mencapai kehidupan sempurna, yaitu kehidupan selanjutnya yang kekal di surga diperlukan kesempurnaan hidup di dunia. Jadi, pada prinsipnya kehidupan saat ini untuk mempersiapkan kehidupan selanjutnya.
Menjawab pertanyaan seseorang yang datang kepada-Nya, Tuhan Yesus melengkapi jawaban kesempurnaan hidup seseorang. Orang tersebut “merasa” telah melakukan semua yang diperintahkan oleh Hukum Taurat. Namun, Tuhan melihat bahwa apa yang dilakukannya masih belum sempurna. Seseorang yang ingin mendapatkan kehidupan sempurna (kekal), harus mampu lepas dari keterikatan duniawi lalu mengikuti-Nya.
“Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
Mendengar jawaban seperti itu sedihlah hati orang tersebut lalu pergi meninggalkan-Nya, sebab banyak hartanya.
Tuhan ingin setiap manusia sempurna seperti Diri-Nya yang kudus sempurna.
Ketika Bangsa Israel murtad dengan menyembah ilah-ilah lain seperti Baal dan Asytoret, Allah menghukum mereka dengan menyerahkan pada musuh-musuh bangsa itu. Namun itu sifatnya hukuman yang mendidik saja bukan untuk menyengsarakan (membinasakan) mereka. Sehingga mereka tetap diberikan pemimpin yang membimbing mereka pada kebenaran, yaitu para hakim.
Hakim disini artinya adalah pemimpin (bukan hakim seperti di pengadilan).
Sebagai “Bangsa Pilihan-Nya”, harus sempurna beriman dengan tidak berselingkuh pada ilah lain. Namun sayangnya, apabila hakim itu mati kembalilah mereka berlaku jahat. Lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain lagi.
Pesan hari ini
Menyempurnakan kehidupan saat ini dengan fokus pada tujuan akhir, yaitu hidup kekal bersama-Nya di surga. Hidup di dunia memang punya kelekatan dengan hal dunia namun jangan sampai terbelenggu.
Menyembah hanya pada Satu Allah yang benar, yaitu Allah Bapa di surga melalui Putera-Nya Tuhan Yesus Kristus dalam tuntunan Allah Roh Kudus.
“Kesempurnaan sejati manusia tidak terletak pada apa yang dimilikinya, namun pada apa adanya manusia.”