1 Yoh 4: 7-10 dan Mrk 6: 34-44
Bacaan Injil hari ini memberikan kepada kita beberapa point untuk direnungkan:
Semua tindakan kasih, bantuan dan pertolongan kepada sesama yang bersusah dan terpinggirkan selalu diawali dari hati yang tergerak oleh belas kasihan. Injil hari ini mencatat, ketika melihat orang banyak yang mengikuti-Nya, tergeraklah Yesus oleh belas kasihan.
Rasa belas kasih itu memberikan sebuah gerakan: memberi makan. Dan Yesus memberi perintah kepada para murid-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan.”
Tugas murid Yesus adalah melanjutkan rasa belaskasih (misericordia) itu dengan tindakan nyata, yaitu memberi makan. Tidak hanya berhenti pada rasa iba, harus ada tindakan nyata.
Lima roti dan dua ikan, suatu jumlah yang kecil tidak berarti. Tetapi jika diberikan dengan sukacita, Tuhan akan menggandakan 100 kali lipat pemberian dan persembahan itu. Sering kita merasa kita tak mampu, kita tidak punya apa-apa.
Sebenarnya, tak peduli apa dan berapa banyak yang kita punyai, tetapi jika diberikan dengan tulus hati dan penuh sukacita, akan menjadi berkelimpahan dalam kasih.
Persembahan dan pemberian dari hati adalah ucapan syukur. Yesus mengambil rori dan ikan lalu mengucapkan syukur dan memecah-mecahkan roti.
Inilah pralambang Ekaristi. Hidup murid-murid Yesus haruslah hidup penuh ucapan syukur dan hidup yang berbagi dengan sesama, hidup yang ekaristis.
Berbagi kasih itu, harus bermuara pada kebahagiaan dan kepuasan sesama. Semua orang makan sampai kenyang, bahkan berkelimpahan, ada sisa dua belas bakul penuh.
Hidup murid-murid Yesus yang penuh belas kasih, hidup yang ekaristis, syukur dan berbagi akan selalu membawa sukacita bagi semua orang dan selalu akan berkelimpahan berkat.
Untuk direnungkan: “Semakin kita memberi dalam kasih, semakin kita berkelimpahan rahmat Allah.”
Mari kita jadikan diri dan hidup kita ekaristi bagi sesama.
