Seri Pastoral Orang Muda Katolik: Tantangan Umum Orang Muda Indonesia (1)

0
3,226 views
Ilustrasi: Indonesian Youth Day di Manado tahun 2016. (Mathias Hariyadi)

PENDAMPINGAN kepada orang muda menuntut kita mengenali karakternya.

Karakter secara singkat dimengerti sebagai ekspresi mental yang tetap dari seseorang dalam pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat.

Karakter seseorang dipengaruhi oleh keluarga, lingkungan masyarakat dan tentu pengalaman individu.

Karakter orang muda di Jakarta akan berbeda dengan mereka yang di Papua.

Karakter orang muda Jogjakarta pun dapat berbeda dengan orang muda di Palembang.

Namun demikian terdapat kesamaan umum yang dimiliki oleh semua orang muda di Indonesia karena keserupaan dalam faktor tantangan negara.

Setidaknya ada lima faktor yang mempengaruhi karakter orang muda Indonesia.

Faktor-faktor ini adalah globalisasi, migrasi, teknologi komunikasi, reformasi, dan risky behavior.

Globalisasi  

Globalisasi dapat dimengerti sebagai proses terhubungnya aneka pandangan hidup, nilai, kebudayaan, tren, produk dari suatu tempat ke tempat lain dan oleh karenanya terjadi pertukaran satu sama lain.

Indonesia telah menjadi bagian dari globalisasi.

Kita saksikan MC Donald, Starbucks, 7/11, dan mal hadir hampir di setiap provinsi dan kota besar.

Juga relasi lintas bangsa dengan negara-negara Asia, penggunaan kartu kredit dan media komunikasi membuat semua belahan dunia dapat diakses.

Konsekuensi dari globalisasi ialah adanya internasionalisasi di antara orang muda. Orang muda gemar memakai bahasa Inggris kendati sepotong-sepotong.  Mereka memakai model pakaian dengan merk internasional.

Hal yang tak dapat ditolak ialah penerimaan konsumerisme lewat kebiasaan online shopping, wisata mal, hobi belanja, acara weekend di rumah makan dan kafe.  Tetapi juga globalisasi memberikan ruang kreativitas dan gerakan multinasional terhadap kesadaran dunia yang lebih damai, aman dan transparan.

Migrasi

Efek globalisasi juga menyentuh perpindahan tinggal orang baik yang sifatnya nasional maupun internasional.

Istilah migrasi menunjuk pada perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap di suatu propinsi, batas administrasi atau negara.

Alasan migrasi bisa karena bekerja, belajar, atau sekedar jalan-jalan.

Tak mengherankan banyak orang muda Indonesia tinggal di luar negeri dan melakukan perjalanan lintas negara untuk kepentingan kerja dan juga berumah tangga.  Indonesia pun menjadi tempat bagi para orang asing berdomisili.

Mobilitas yang tinggi membuat mereka terbatas dalam membangun relasi sosial dengan orang lain.  Umumnya mereka membatasi diri untuk terlibat dengan masyarakat sekitar karena alasan tinggal sementara.

Mereka lebih memfokuskan diri pada pertemanan yang bergerak di bidang yang sama.  Hal ini juga membawa konsekuensi dalam pencampuran identitas dan kebudayaan yang dianut.

Reformasi

Generasi 90-an mengalami momen penting dalam sejarah bangsa yakni peristiwa tahun 1998 saat pemerintahan Soeharto selesai.  Pada tahun 1998, mahasiswa Indonesia dan aneka elemen masyarakat melakukan people’s power untuk meruntuhkan rezim Soeharto yang dinilai terlalu otoriter, kolusi dan tidak demokrasi.

Gerakan Reformasi 98 itu menyebabkan hal ini: masyarakat kini lebih berfokus pada demokratisasi, transparansi, dan keadilan.  Orang muda pada era ini telah menikmati iklim kebebasan yang sebelumnya tidak didapatkan oleh generasi pendahulu.   Mereka dapat berpendapat bebas dan memberi komentar tentang kinerja pemerintah.  Mereka dapat menyuarakan pemikiran.

Teknologi komunikasi

Hal yang jelas-jelas tengah terjadi ialah ledakan penggunaan gadget di Indonesia.  Generasi ini bertumbuh di era yang ditandai dengan keterhubungan dengan informasi, jaringan sosial online.

Aneka pihak dan tempat dapat diakses melalui teknologi digital.  Kemajuan teknologi internet telah mengubah cara berkomunikasi: dari langsung ke tidak langsung, dari tata bahasa formal ke informal dan simbolis.

Mereka menemukan dirinya, “gua eksis” karena dikaitkan dengan teknologi internet. Karakternya lebih banyak menuntut, tidak sabar dan buruk dalam berkomunikasi.

Risky behaviors

Perilaku berisiko menyangkut pilihan untuk melakukan tindakan yang beresiko atau akibatnya akan buruk.

Hal ini jelas terjadi di Indonesia.

Bangsa ini tengah menghadapi masalah free sex dan penyalahgunaan obat terlarang.  Persoalan seks sebelum menikah cenderung meningkat walaupun Indonesia menganut ‘norma Timur’ yang tidak merestui hal itu.

 

Juga terjadi peningkatan kurban narkoba sejak 1997.  Bahkan pada tahun 2014 akhir, KWI secara lantang menyerukan perang terhadap narkoba dengan memberi perhatian pada pastoral korban narkoba.

Penutup

Konteks pembinaan orang muda Katolik Indonesia jaman ini mesti menilik hal-hal tersebut.  Kelima pokok di atas mempengaruhi karakteristik orang muda Indonesia.  Kita dapat merasakan bahwa orang muda Indonesia dihadapkan pada kompetisi dunia kerja, pencabutan dari nilai lokal, praktek nilai globalisasi dan risky behavior.  Konteks tersebut mengundang Gereja untuk terus memikirkan pendekatan dan pemaknaan atas kehidupan dengan nilai-nilai kristiani yang relevan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here