Serikat Maria Montfortan (SMM) Provinsi Indonesia Rayakan 50 Tahun Imamat Pastor Wim Peeters SMM

0
40 views
Ilustrasi: Uskup Keuskupan Malang Mgr. Henricus Pidyarto O.Carm bersama Pastor Wim Peeters SMM dan. dua imam lain menjadi konselebran dalam ekaristi di Kapel Sengkaling. (SMM)

SEBUAH buku lahir dengan judul P. Wim Peeters SMM, Misionaris Pejuang dan Perintis Formasi SMM Indonesia, Kenangan 50 Tahun Imamat dibagikan kepada siapa saja. Mereka yang datang dan hadir mengikuti Perayaan Ekaristi yang diintensikan untuk Syukur 50 Tahun Imamat Pastor Wim Peeters SMM. 

Perayaan Ekaristi dilaksanakan hari Sabtu 7 September 2024 mulai pukul 10.00 WIB sampai selesai sekitar pukul 11.30 WIB. Berlangsung di Pelataran Taman Doa Maria Pelindung Perjalanan. Lokasi ini masih dalam satu kompleks Biara SMM Pondok Kebijaksanaan Malang.

Para tamu undangan duduk di kursi-kursi plastik warna hijau. Kursi-kursi ini baru saja tiba. Belum satu pekan sebelumnya. Di atasnya ada kanopi alam. Di sampingnya ada aneka tumbuhan yang rindang daunnya, walaupun sudah memasuki musim kemarau. Tampak pula keluarga Pastor Wim SMM dari Negeri Belanda duduk di barisan kedua deretan kursi depan kedua. Duduk di antara ratusan tamu undangan.

Pastor Wim Peeters SMM merayakan pesta syukur 50 tahun imamat. (SMM)

Pastor Wim Peeters SMM sendiri memimpin Perayaan Ekaristi bersama para imam konselebran, yakni:

  • Provinsial SMM Provinsi Indonesia: Pastor Antonius Tensi SMM.
  • Rektor Seminari Montfort Pondok Kebijaksanaan: Pastor Fidelis Bolo Wotan SMM.
  • Direktur Pusat Spiritualitas Marial Montfortan: Pastor Gregorius Pasi SMM.
  • Pastor Kepala Paroki SPMGK Katedral Malang: Romo Ignasius Adam Suncoko Pr.
  • Beberapa pastor SMM lainnya.

Tertarik jadi imam karena kisah-kisah heroik para misionaris

Dari kecil, Pastor Wim merasa ada ketertarikan ingin menjadi imam. Juga ingin berkarya menjadi seorang misionaris di luar negeri. Sebagai bocah, ia terpesona oleh kisah-kisah tentang Orang-orang Kudus yang diceritakan oleh orangtuanya. Tentang kisah misionaris di Afrika, tentang misionaris-misionaris lainnya.

Kisah-kisah itu diceritakan kepadanya sebelum tidur. Itu yang kemudian membuat Wim kecil lalu tertarik menjadi pengikut Yesus dan kemudian minta dibaptis menjadi Katolik.

Semangat iman juga dia pelajari dari guru-guru sekolah Katolik. Karena mereka mempromosikan panggilan dan mendukung anak-anak yang tertarik menjadi imam. Pelajaran itu diberikan ekstra di luar jam sekolah sebagai persiapan supaya mereka dapat lulus, bila mereka mengikuti ujian masuk Seminari Menengah.

Segenap tamu undangan menghadiri pesta syukur pesta imamat 50 tahun Romo Wim Peeters. (SMM)

Sepulang sekolah, mereka di rumah suka main ‘misa-misaan’. Peralatan misa-misaan seperti salib kecil, sibori kecil ampul untuk anggur kasula dan stola yang dibawa oleh saudara Pater Wim sempat ditunjukkan kepada umat. Dipertontonkan dalam misa kali ini hingga mengundang gelak tawa umat.

“Pater Wim Peeters SMM lahir di Gouda, Negeri Belanda,13 Juli 1945. Ia dibaptis sehari, setelah kelahirannya pada 14 Juli 1945. Menerima Komuni Pertama bulan Mei 1951 di Paroki Sakramen Mahakudus Gouda. Menerima Sakramen Krisma tanggal 26 April 1953 oleh Mgr. Petrus Huybers tanggal 26 April 1953.

50 tahun pesta imamat Pastor Wim Peeters SMM, misionaris Monfortan Belanda terakhir di Indonesia. (SMM)

Sejarah panggilan imamat

Pendidikan Seminari Menengah tingkat SMP pada tahun 1957-1961 di Seminari Menengah Montfortan Beresteyn Voorschoten. Pendidikan lanjutan Gymnasium Seminari SMM Sainte Marie di Schimmert kurun waktu tahun 1961-1965.

Ia masuk menggabungkan diri dengn Novisiat Serikat Maria Montfortan (SMM) di Valkenburg Houthem Belanda tanggal 7 September 1965. Pada tanggal 8 September 1965, ia mengucapkan profesi pertama sebagai biarawan Montfortan di Meerssen Belanda.

Pengucapan kaul kekal sebagai biarawan Montfortan pada 10 September 1972, tahbisan sebagai Diakon pada 23 Juni 1973 di Gereja St. Montfort Tilburg oleh Mgr. Johannes Bluyssen. Tiba waktunya ditahbiskan menjadi imam tanggal 7 September 1974 di Gouda Belanda oleh Mgr. Lambertus van Kessel SMM, Uskup Emeritus Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat”.

Demikian dikutip dari Buku Kenangan 50 Tahun Imamat, halaman 73-75.

Warisan berharga

Pastor Wim Peeters SMM dikenang sebagai misionaris terakhir dari Belanda yang tiba di Jakarta pada 3 April 1975. Belajar Bahasa Indonesia selama lima bulan di Yogyakarta. Menginjakkan kaki untuk pertama kali di di Paroki Bika Nazaret, sebuah paroki pedalaman Keuskupan Sintang, Kalbar, 1 Oktober 1975. 

Dalam buku yang sama, Provinsial SMM Indonesia menyebut ada tiga warisan peninggalkan mengesankan yang diwariskan Pastor Wim Peeters SMM kepada Serikat Monfortan Provinsi Indonesia.

Pertama, ia adalah perintis dan pejuang formasi SMM Indonesia. Ia menjadi imam pertama yang mendampingi calon pertama Montfortan lokal Indonesia. Ia menghabiskan separuh imamatnya di rumah formasi SMM. Selama 25 tahun, ia menjadi Magister Novis.

Kedua, adalah cinta dan kesetiaannya yang mendalam pada spiritualitas dan karisma pendiri. Ia fasih berbicara tentang kekayaan rohani Montfortan. Hidup baktinya sangat lembut dan tetap konsisten pada Maria sunggug tak diragukan.

Ketiga, bakat linguistik yang luar biasa. Dapat dikatakan bahwa Ia adalah seorang penerjemah ulung. Dengan tekun menerjemahkan bahan-bahan pembelajaran di rumah formasi yang sama sekali tidak tersedia dalam bahasa Indonesia. Menerjemahkan tulisan-tulisan St. Montfort, surat-menyurat, dokumen serikat dan dokumen gereja lainnya.

Kesan dari umat

“Proficiat untuk Pastor Wim SMM yang sedang bersyukur 50  tahun imamat. Umat Kapel Santo Bonifasius Landungsari sangat mengenalnya, karena dia sering mempersembahkan Perayaan Ekaristi di Kapel. Juga menyempatkan diri hadir p waktu pemberkatan dan peresmian Kapel Santo Bonifasius.

Pada Misa Kamis Putih tahun 2024, ia juga mempersembahkan Perayaan Ekaristi sampai tuguran usai dan baru kemudian pulang. Pernah suatu saat, ia memberkati jenazah umat katolik Landungsari yang meninggal dunia; bahkan memimpin pemakamannya di TPU Desa”.

Demikian disampaikan Ibu Maria.

“Siapa yang tidak kenal Romo Wim SMM. Semua umat Kapel Santo Yakobus Sengkaling juga kenal. Selesai misa, ia pasti keluar dari sakristi untuk menyapa umat dengan memberi salam.

Datang ke Sengkaling naik sepeda motor. Saya kasihan, kalau sedang hujan. Di kapel ini, misanya sore dan selesai pasti hari sudah gelap; khawatir terjadi sesuatu padanya. Selamat untuk 50 Tahun imamatnya”. 

Demikian kata Bu Regi, pengurus kapel Sengkaling yang juga hadir dalam Perayaan Ekaristi syukur.

.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here