Rabu, 22 Oktober 2025
Rm. 6:12-18.
Mzm. 124:1-3,4-6,7-8.
Luk. 12:39-48
KESETIAAN tidak diukur dari seberapa besar tanggungjawab yang kita emban, tetapi dari seberapa tulus kita menjalankan hal-hal kecil dengan hati yang penuh kasih dan tanggung jawab.
Seorang hamba yang setia tidak menunggu perintah besar atau tugas penting untuk menunjukkan kesungguhannya.
Tahu tahu bahwa setiap keputusan kecil, cara ia berbicara, bekerja, dan memperlakukan sesama, adalah bagian dari tanggungjawab besar yang telah dipercayakan kepadanya.
Hamba yang setia bekerja dengan hati-hati. Ia tidak menganggap remeh hal-hal sederhana seperti datang tepat waktu, mengerjakan tugas dengan jujur, atau menjaga perkataan.
Ia tidak mencuri waktu, karena ia sadar setiap detik adalah kesempatan untuk melayani dengan baik.
Ia tidak menyalahgunakan kuasa, sebab ia tahu kuasa adalah kepercayaan, bukan alat untuk kepentingan diri.
Ia tidak berbuat seenaknya, karena ia menghormati tuannya dan memahami bahwa segala tindakannya dilihat dan dinilai.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya sedang melakukan tugasnya, ketika tuan itu datang.”
Hidup kita adalah sebuah tanggung jawab besar di hadapan Tuhan. Kita mungkin tidak selalu mendapat tugas besar atau kesempatan luar biasa, tetapi setiap hari kita diberi kesempatan untuk setia dalam hal kecil: dalam bekerja dengan jujur, mengasihi tanpa pamrih, melayani tanpa keluh, dan mendoakan dengan tulus.
Tuhan tidak menilai dari besar kecilnya perbuatan kita, melainkan dari kesetiaan hati kita.
Tuhan melihat bagaimana kita menggunakan waktu, bagaimana kita menanggapi orang lain, dan bagaimana kita tetap jujur meski tak ada yang melihat. Sebab, pada akhirnya, kesetiaan dalam hal-hal kecil itulah yang membentuk hati seorang hamba sejati.
Ketika Tuhan datang menilai hasil hidup kita, semoga kita ditemukan sebagai hamba-hamba yang setia, yang bekerja bukan untuk pujian manusia, melainkan demi kasih dan kesetiaan kepada-Nya.
Yesus mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati bukanlah milik mereka yang hidup santai dan lengah, melainkan mereka yang tetap setia bekerja, berjaga, dan melayani di tengah penantian.
Hamba yang berbahagia adalah dia yang tidak menunda kebaikan, tidak mencari alasan untuk bermalas-malasan, dan tidak menunggu “waktu yang tepat” untuk melayani.
Ia sadar bahwa tuannya bisa datang kapan saja, dan ia ingin ditemukan dalam keadaan siap, sedang setia menjalankan tugasnya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku sungguh setia dalam hal-hal kecil yang dipercayakan Tuhan setiap hari?