Home BERITA Setia di Jalan yang Sulit

Setia di Jalan yang Sulit

0
192 views
Ilustrasi: Jalan sempit (Sr. Ludovika OSA)

Rabu, 29 Oktober 2025

Rm. Rm 8:26-30
Mzm 13:4-6
Lukas 13:22-30

ADA saat-saat dalam hidup ketika kita dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah.

Kita tahu mana yang benar, tapi jalannya terasa berat. Kita tahu mana yang salah, tapi jalannya tampak lebih mudah, lebih cepat, dan lebih menyenangkan.

Dalam momen seperti itulah hati kita diuji, bukan oleh keadaan, melainkan oleh kebenaran yang menuntut keberanian.

Saya pernah mengalami masa di mana saya harus memilih antara kenyamanan dan kejujuran. Di satu sisi, saya bisa tetap diam, mengikuti arus, dan hidup dengan tenang tanpa risiko apa pun.

Di sisi lain, saya tahu bahwa diam berarti berkompromi dengan hal yang tidak benar.

Malam-malam terasa panjang, hati gelisah. Doa menjadi satu-satunya tempat berteduh. Dalam keheningan itu, saya mendengar suara halus di hati: “Kebenaran memang tidak selalu mudah, tetapi di sanalah engkau akan menemukan damai sejati.”

Pengalaman ini, saya alami saat kerja di pedalaman Kalimantan, ketika ada sebuah perusahaan kayu yang akan beroperasi di wilayah paroki tempat saya bekerja waktu itu.

Ketika dari perusahaan menawarkan banyak kemudahan dan fasilitas kepada kami, dengan catatan harus mendukung hadirnya perusahaan di tempat kami.

Akhirnya, dengan tekad yang bulat saya memilih untuk menolak dan berjuang bersama umat untuk menolak perusahaan tersebut, meskipun konsekuensinya berat yakni muncul perpecahan di tengah umat, juga aneka intimidasi.

Karena muncul umat yang mulai menjauh, ada yang salah paham, ada pula yang menganggap saya bodoh. Tapi di balik luka itu, saya menemukan ketenangan yang aneh, ketenangan yang datang karena saya tahu bahwa Tuhan melihat keberanian kecil itu.

Itulah pintu sempit yang Yesus bicarakan. Jalan yang sulit dipilih, tetapi justru di sanalah hidup sejati ditemukan.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sempit itu!\.”

Yesus tidak hanya mengajak kita masuk melalui pintu yang sempit, tetapi Ia berkata, “Berjuanglah.”

Artinya, jalan menuju keselamatan bukanlah jalan yang datar dan nyaman, melainkan jalan perjuangan.

Jalan yang menuntut kerendahan hati, kesetiaan, dan keberanian untuk melawan dosa serta keinginan diri sendiri.

Pintu sempit itu menggambarkan jalan pertobatan dan kesetiaan kepada Tuhan di tengah dunia yang menawarkan jalan lebar: jalan kesenangan tanpa batas, jalan kompromi, jalan yang tampak mudah tetapi menjauhkan kita dari kebenaran.

Yesus mengingatkan, tidak semua yang “berusaha masuk” akan berhasil, karena banyak orang ingin masuk surga, tetapi sedikit yang mau berjuang menempuh jalan salib.

Saat ini, mungkin kita sedang bergumul dengan pilihan yang berat, berjuanglah.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sedang berjuang sungguh-sungguh untuk masuk melalui pintu sempit, atau aku masih mencari jalan yang nyaman bagi diriku sendiri?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here