Hari Minggu Biasa XXIII – Hari Minggu Kitab Suci Nasional
- Keb. 9:13-18.
- Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,4,17.
- Flm. 9b-10,12-17.
- Luk. 14:25-33.
JALAN kemuridan menjanjikan banyak rahmat, tapi sekaligus memberi pengutusan yang tidak mudah.
Menjadi murid Yesus berarti mengusahakan hidup yang seturut dengan hidup-Nya. Mempunyai satu fokus pada keterkaitan secara erat dengan Pribadi Tuhan Yesus.
Inilah yang secara manusiawi bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Banyak hal yang membuat kita tidak bisa mencintai Tuhan dengan sepenuhnya.
Sering kali ada pribadi tertentu dengan agenda hidupnya, materi, pengalaman masa lalu dan kecemasan akan masa depan yang membuat perhatian dan cinta kita terbagi-bagi.
Tuhan Yesus dalam Injil hari ini menuntut adanya komitmen yang kuat dalam diri para murid dalam mengikuti-Nya.
Banyak risiko kemuridan yang harus dialami oleh seorang murid. Karenanya, tanpa komitmen yang kuat dan mantap, orang hanya sekedar ikut-ikutan, dan ketika ada tantangan lalu mudah menghilang.
“Saat mengunjungi kawan yang menderita penyakit yang menyerang saraf otak dan jaringan saraf tulang belakang, mengakibatkan kelumpuhan, dia bertanya pelajaran apa yang Allah ajarkan kepadanya selama masa sulit tersebut,” kata seorang bapak.
“Secara spontan sahabat yang sakit itu menjawab, “Kehilangan kendali”.
“Dulu saya adalah orang yang sangat teratur dan mandiri,” ujarnya.
“Pekerjaan menuntut saya untuk sering pergi jauh dan menempuh perjalanan panjang,” sambungnya.
“Namun, kini ia harus bergantung kepada orang lain dalam segala hal, mulai dari berpakaian sampai menggosok gigi,” katanya.
“Ia tak bisa menggerakkan tangan dan kakinya. Yang dapat ia kendalikan hanyalah apa yang ia pikirkan dan ucapkan,” lanjutnya.
“Ia sadar sebentar lagi ia pun tidak akan bisa bicara. “Saya dulu selalu mengutamakan pekerjaan,” katanya, “dan tidak pernah benar-benar memasrahkannya kepada Tuhan,” keluhnya.
“Namun, kini saat saya tak dapat mengendalikan semuanya, saya bisa terus terpaku pada keterbatasan fisik saya atau justru menyerahkannya kepada Kristus,” paparnya.
“Menjadi murid Yesus itu, tidak hanya waktu kita dalam.keadaan sehat dan bisa melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain,” jelasnya.
“Dalam penderitaan yang memilukan sekalipun kita dituntut untuk tetap setia dan sumeleh di tangan Tuhan,” sambungnya.
“Semua orang pada waktunya, akan kehilangan kendali atas hidupnya, yakni saat kita semua bertambah tua,” lanjutnya lagi.
“Menyerahkan kendali kepada Allah dalam menjalani detik demi detik dalam ketidak berdayaan adalah pilihan yang bisa kita buat setiap saat,” tegasnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”
Apabila kita sungguh-sungguh mau menjadi murid-murid Yesus yang sejati, maka kita juga harus mau menerima segala “risiko”-nya, segala “biaya”-nya dan segala “beban”-nya.
Ketika kita menerima “biaya pemuridan” itu, kita juga harus menaruh kepercayaan bahwa Allah dalam Kristus akan selalu mendampingi dan menguatkan kita.
Tuhan menerima kita sebagai murid ketika kita dalam kondisi apa pun, baik waktu sehat maupun sakit, waktu senang atau susah..
Tuhan ingin kita setia berjalan di belakang-Nya supaya jalan kita lurus dan tidak sesat.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah sakit dan penderitaan membuatku ragu akan pendampingan Tuhan?