Puncta 12 Juli 2024
Jum’at Biasa XIV
Matius 10: 16-23
YESUS berkata, “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”
Mengapa ular dikatakan sebagai binatang yang cerdik? Ada sebuah legenda atau mitos tentang ular yang masuk urutan keenam dalam Kalender Tionghoa.
Waktu itu Kaisar Langit mengadakan perlombaan menyeberangi sungai bagi para binatang. Ular bukanlah perenang yang baik. Maka dia berpikir keras bagaimana caranya bisa menyeberang di arus yang deras. Ular kemudian bersembunyi di kaki kuda.
Ketika kuda hampir sampai di seberang, ular segera meloncat dan sampai di tanah. Ia lalu menakut-nakuti kuda.
Melihat ular di depannya, kuda meringkik ketakutan dan dia mundur. Ular menang dan mendapatkan posisi ke enam, setelah itu baru kuda di belakangnya. Itulah kecerdikan ular.
Sifat dan karakteristik orang-orang yang berada di Shio Ular biasanya mempunyai sifat yang sabar, bijaksana, kreatif, lembut, pintar alias cerdik, penyayang dan sensual.
Namun, Shio Ular juga mempunyai sisi negatif, seperti selalu curiga, pendusta, pemanipulatif, berbahaya, licik, dan sifat posesifnya tinggi.
Yesus mengutus para murid seperti domba-domba di tengah serigala. Ada begitu banyak bahaya dan tantangan dalam mewartakan Kerajaan Allah. Serigala adalah binatang buas dan kejam. Para murid diharapkan berhati-hati dan waspada.
Kehati-hatian itu harus disertai kecerdikan seperti ular. Kita harus cerdik dan bijaksana. Tidak sembrono dan penuh perhitungan. Cermat dalam memikirkan setiap langkah dan keputusan yang diambil.
Tidak sembarangan bertindak, tetapi pandai melihat situasi dan kondisi. Orang Jawa bilang, “Wong kuwi kudu bisa empan papan lan angon mangsa”. Orang harus pandai menempatkan diri dan melihat situasi yang ada.
Tulus seperti merpati berarti memiliki pikiran yang jernih, tidak bercampur dengan hal-hal yang buruk. Merpati sangat disayang karena tidak membahayakan sekitarnya. Merpati membawa pesan perdamaian dan jinak dengan siapa pun.
Menghadapi serigala yang buas kita harus cerdik dan bijaksana. Menghadapi bahaya dan tantangan dalam mewartakan pesan Injil, kita mesti bertindak tulus dan cerdik.
Dalam Bahasa Latin ada ungkapan, “Fortiter in re, suaviter in modo“. Artinya kuat dalam memegang prinsip, namun lembut dalam cara menyampaikannya. Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati dapat juga menjadi cara kita mewartakan iman.
Hari Jum’at ini hari yang istimewa,
Melihat senja dengan hati bahagia.
Cerdik bijaksana menghadapi bahaya,
Jangan gegabah yang merugikan semua.
Cawas, bijaksana dan tulus mencerna semua
Rm. A. Joko Purwanto, Pr