BANYAK orang menyebut Kota Singkawang sebagai “Kota dengan Seribu Vihara”. Rasanya, kesan itu betul karena di kota ini memang banyak berdiri vihara. Singkawang menjadi terkenal dan ‘mendunia’ karena cirikhasnya sebagai “the Chinese Town” yang setiap tahun merayakan Cap Go Meh secara istimewa –barangkali tidak ada duanya di Indonesia.
Singkawang juga terkenal dengan wisata kulinernya. Ketika malam hari mulai tiba, maka sejenak keluarlah dari rumah dan berjalan menyusuri jalanan di Singkawang ini. Maka, di setiap ujung gang akan mudah ditemui warung-warung makan di pinggiran jalan kecil yang menyajikan aneka masakan enak.
Itu baru di jalanan kecil atau gang. Maka, porsi aneka wisata kuliner tentu akan lebih ‘meriah’ dan beragam di jalanan yang lebih besar di seluruh Kota Singkawang. Hanya saja, diam-diam Singkawang juga menawarkan peluang bisa melakukan wisata rohani.
Untuk ini, selain “Gereja Ayam” St. Fransiskus Assisi – Paroki Singkawang yang sarat dengan nilai historis, maka Singkawang juga menawarkan Museum Bruderan MTB (Maria Tak Bernoda) dan tentu saja Biara St. Klara Kapusines di Sarikan.
Baca juga: Museum MTB Singkawang, Saksi Sejarah Misi Para Bruder Maria Tak Bernoda di Kalbar
Kali ini, tulisan ini akan lebih memfokuskan diri pada eksistensi Biara St. Klara di Sarikan yang di tahun 2017 ini genap merangkai usia 25 tahun. Di dalam biara ini ada Sr. Maria Klara OSCCap yang di tahun yang sama merayakan pesta hidup membiara sebagai rubiah selama 40 tahun.
Melihat sejarah
Berdirinya Biara Providentia St. Klara di Sarikan – Singkawang, Kalbar, terkait dengan kondisi menurunnya jumlah pangggilan menjadi suster rubiah. Selama puluhan tahun, Biara Providentia Singkawang ini mengalami kegersangan akan panggilan tunas-tunas baru.
Namun, perjalanan waktu membuktikan lain, karena muncullah tunas-tunas baru yang masuk bergabung ingin melakoni hidup sebagai rubiah pendoa. Masuknya tunas-tunas baru ini menginisiasi ide untuk ‘membangun’ sebuah biara baru.
Atas penyelenggaraan ilahi yang dalam bahasa Latin biasa disebut dengan providentia Dei, maka para rubiah Klaris Providentia – Singkawang tiba-tiba seperti mendapat ‘durian runtuh’ nan enak. Kepada mereka, seorang donatur menawati peluang emas.
Almarhum Bapak Yoseph Tjahajadi menawari para suster rubiah Klaris Providentia ini sebidang tanah yang cukup luas untuk bisa dijadikan lahan bagi sebuah biara kontemplatif. Tawaran tersebut langsung mendapat respon positif dari Uskup Agung Pontianak waktu itu yakni Mgr. Hieronymus Bumbun OFM Cap (Uskup Emeritus sekarang) dan berikutnya juga oleh Biara Providentia Singkawang.
Maka terjadilah kisah berikut ini. Pada tahun 1991 pimpinan Biara Providentia Singkawang yakni almarhumah Sr. Maria Gabriela OSCCap dan Sr. Maria Imanuel OSCCap mengadakan survei lapangan. Usai kegiatan peninjauan lokasi, maka mereka sepakat bahwa bangunan biara itu akan berdiri di Dusun Sarikan, Desa Terap, Kecamatan Toho.
Maka akhirnya dimulailah proses pembangunan biara yang kerjakan oleh para tukang di bawah koordinasi almarhum Bruder Leopold OFMCap. Proses pembangunan ini berjalan kurang lebih setahun dan pada tanggal 15 Agustus 1992 –bertepatan dengan ulang tahun pernikahan almarhum Bapak Yoseph Tjahayadi dan Ibu Tresnatan—maka Biara Santa Klara diberkati oleh Mgr. Hieronymus Bumbun dengan status Ad experimentum alias masih dalam tahapan uji coba.
Gedung dan tanah yang sebelumnya merupakan lokasi perkebunan cokelat, kelapa dan peternakan ikan ini telah dihibahkan kepada Biara St. Klara. Hal ini pertama-tama dimaksudkan untuk menghadirkan suatu rumah doa dan iklim rohani bagi umat setempat dan karyawan yang bekerja di dalamnya.
Tiga suster pionir di Sarikan
Pada tanggal 24 Agustus 1992 diutus tiga orng suster dari Biara Providentia – Singkawang, untuk memulai hidup kontemplatif di tengah-tengah kawasan perkebunan ini. Mereka ini adalah Sr. Maria Veronika OSCCap, Sr. Maria Skolastika OSCCap, Sr. Maria Leatitia OSC Cap yang pada waktu itu masih berstatus suster yunior.
Dalam perkembangan selanjutnya cukup banyak pergolakan yang dialami berkaitan dengan keanggotaan/persaudaraan. Banyak tantangan, kesulitan dan cobaan datang silih berganti membuat beberapa rubiah memilih kembali ke biara induk. Demi kelangsungan biara ini, berbagai solusi ditempuh.
- 1992-1995: Jumlah anggota tetap tiga orang suster rubiah Kapusines.
- 1995-1998: Dua dari kelompok generasi rubiah pertama memilih kembali kebiara induk yakni Sr. Laetitia dan Sr. Veronika. Berikutnya, diutus kembali empat orang rubiah yakni Sr. Gratia, Sr. Coleta, Sr. Yosefa, Sr. Sisilia sehingga jumla mereka menjadi lima orang.
- 1998-2001: Jumlah mereka kembali menjadi tiga suster yakni Sr.. Gratia, Sr. Coleta Sr. Sisilia karena dua suster rubiah memilih kembali kebiara induk yakni Sr. Yosefa dan Sr. Skolastika.
- 2001-2003: Kembali diutus dua suster yakni Sr. Klara dan Sr. Angelin, sehingga jumlah mereka kembali menjadi lima orang yakni Sr. Klara, Sr. Gratia, Sr. Coleta, Sr. Angelin, Sr. Sisilia.
Mau lanjut apa tidak?
Setelah melewati beberapa periode yang tidak mudah dan selalu berubah, akhirnya sampailah pada suatu proses yang meminta sikap para suster untuk mengambil keputusan dengan tegas: Apakah akan terus mempertahankan hidup kontemplatif di Sarikan atau tidak. Keputusan harus diambil, karena status eksperimen tidak dapat dipertahankan lagi, karena sudah melampaui batas yang ditentukan.
Kapitel pada tanggal 27 Februari 2003 memutuskan bahwa Biara St. Klara – Sarikan tetap dipertahankan dan akan dimulai proses kemandirian biara secara kanonik. Pada tanggal 12 April 2003, Uskup Agung Pontianak pada waktu itu Mgr. Hieronymus Bumbun OFM Cap mengumumkan pencabutan secara resmi status eksperimen Biara St. Klara – Sarikan.
Maka proses dimulailah status kemandirian. Keanggotaan harus ditambah untuk memenuhi syarat kemandirian. Oleh sebab itu diberikan kesempatan kepada para anggota rubiah untuk mengajukan lamaran dengan pilihan secara bebas tanpa paksaan untuk tinggal tetap di biara St. Klara-Sarikan.
Dari proses diskresi ini, akhirnya 12 suster memilih tetap tinggal di Biara St. Klara. Mereka adalah empat anggota tetap dan delapan anggota baru. Maka pada tanggal 19 Januari 2004 diutuslah 12 suster ini dengan diawali dengan misa pengutusan yang dipersembahkan oleh Mgr. Hieronymus Bumbun OFMCap dan P. Pasificus OFMCap di Biara Providentia Singkawang untuk meneruskan hidup kontemplatif yang sudah dirintis selama 12 tahun di Biara st Klara – Sarikan.
Ke-12 suster tersebut adalah:
- Maria Klara OSCCap.
- Maria Coleta OSCCap.
- Sr Maria Caritas OSCCap.
- Maria Yuliana OSCCap.
- Maria Gratia OSCCap.
- Maria Laetitia OSCCap.
- Maria Yoanitha Hildegardis OSCCap.
- Maria Angelina OSCCap.
- Maria Martha OSCCap.
- Maria Fransiska OSCCap (yunior).
- Maria Beatrix OSCCap (novis).
- Maria Hyacintha OSCCap (postulan)
Karena jumlah anggota sudah mencukupi, maka mulailah mengurus proses kemandirian ke Tahta Suci. Dan pada tanggal pada tanggal 21 Januari 2007 peresmian kemandirian biara serta pengumuman dewan pimpinan baru dalam periode pertama. Dalam perjalanan waktu beberapa suster dengan alasan kesehatan mereka mengundurkan diri dari keanggotaan dan kembali menjalani hidup di Biara Providentia yakni Sr Maria Angelina OSCCap, Sr Maria Laetitia OSCCap, Sr Maria Yuliana OSCCap.
Maka mulailah hidup di Biara Sarikan sebagai biara mandiri. Para suster menjalani panggilan mereka dengan semangat, meskipun ada banyak kesulitan. Tetapi, pada tahun 2008, abdis pertama yang terpilih meninggalkan biara.
Maka dimulailah suatu kepemimpinan baru. Sr. Elisabet yang sebelumnya adalah anggota Biara Providentia masuk menjadi anggota baru di Sarikan. Beberapa juga calon mencoba masuk tetapi tidak bertahan. Baru kemudian calon dari Flores yang masih bertahan sampai sekarang yaitu Sr. Maria Margaretha Petra.
Sekarang ini, jumlah anggota Biara Santa Klara sebanyak 10 suster yakni:
- Maria Klara OSCCap.
- Maria Coleta OSCCap.
- Maria Gratia OSCCap (di luar persaudaraan dan memilih hidup sendiri untuk mengelola Rumah Retret Rivortorto).
- Maria Yoanitha Hildegardis OSCCap.
- Maria Martha OSCCap.
- Maria Fransiska OSCCap.
- Maria Beatrix OSCCap.
- Maria Hyacintha OSCCap.
- Maria Elisabeth OSCCap.
- Maria Margaretha Petra OSCCap (Yunior I )
Kehidupan di biara pun berlangsung sebagaimana mestinya hingga sekarang. (Berlanjut)
Sumber/kredit foto: Br. Vianney MTB