Situasi Darurat

0
390 views
Ilustrasi - Kotak P3K untuk keperluan darurat. (PropertiNews)

Puncta 16.07.21
Jum’at Biasa XV
Matius 12: 1-8

PIDATO Presiden Uganda, Kaguta Museveni menjadi viral. Ia memperingatkan orang-orang yang berperilaku buruk selama masa pandemi Covid-19 ini.

“Tuhan memiliki banyak pekerjaan. Dia harus menjaga seluruh dunia. Dia tidak bisa hanya berada di sini di Uganda untuk menjaga orang-orang bodoh…”

(Kalau Presiden Negeri +62 yang berkata begitu pasti sudah didemo untuk dilengserkan).

Dikutipkan salah satu ungkapannya yang bagus.

“Semasa perang, anda tidak memaksakan kebebasan anda. Anda rela menyerahkannya sebagai imbalan untuk bertahan hidup. Semasa perang, anda tidak mengeluh kelaparan. Anda menahan lapar dan berdoa agar anda bisa hidup untuk makan lagi.”

Kita bisa bayangkan kalau Pemerintah tidak mengucurkan bantuan kepada rakyat yang kelaparan di negeri ini. sumpah serapah dan caci maki kepada Jokowi akan dipolitisir.

“Selama perang, anda tidak berdebat tentang membuka bisnis anda. Anda akan menutup toko anda dan lari untuk menyelamatkan hidup anda. Anda berdoa untuk hidup lebih lama hingga perang usai sehingga anda bisa kembali ke bisnis anda (itu pun jika belum dijarah atau dihancurkan mortir).

Di sini, kita terlalu banyak kehabisan energi hanya untuk berdebat. Bahkan ada yang tidak percaya kalau virus corona itu ada.

Kita sedang berperang menghadapi musuh yang tidak nampak. Perang adalah suatu kondisi darurat. Kebijakan dan keputusan disesuaikan dengan kondisi kedaruratan.

Tidak bisa diterapkan seperti kondisi normal.

Contoh paling mudah ya bagaimana sulitnya Terawan Agus Putranto melakukan uji klinis Vaksin Nusantara. Atau bagaimana ributnya invermectin sebagai terapi Covid-19.

Sesudah semua terlambat, baru ada kebijakan.

Marcus Tullius Cicero mengatakan, “Salus Populi Suprema Lex Esto” atau keselamatan manusia di atas segalanya. Dalam situasi kedaruratan, keselamatan manusialah yang harus diutamakan.

Yesus menghadapi orang-orang Parisi yang sangat legalistis. Hukum adalah hukum. Mereka mendewakan aturan. Mereka suka menghakimi orang lain.

Mereka menganggap diri paling benar, pewaris kapling surga. Apa yang tidak sesuai dengan aturan, dianggap salah, berdosa.

Pada hari Sabat para murid memetik gandum dan memakannya. Bagi orang Parisi hal ini melanggar Hukum Taurat.

Yesus menentang kaum Parisi yang kolot dan kaku. Ia tunjukkan praktek Daud dan para imam yang melanggar aturan Sabat.

Yesus menegaskan, Dialah Tuhan atas hari Sabat. Dia adalah Allah yang punya hukum lebih dari hukum Bait Suci. “Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Yang Kukehendaki ialah belas kasihan, dan bukan persembahan.”

Allah lebih menekankan kasih demi keselamatan manusia daripada melakukan aturan hukum yang buta. Sudahkah kita menerapkan Hukum Kasih?

Rambut kepala sudah lebat.
Tidak berani ke salon selama corona.
Dalam situasi serba darurat,
Keselamatan jiwalah yang lebih utama.

Cawas, hati gembira adalah …..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here