Sr. Leonie HK, Penari Dengan Lutut Tanpa Oli Pelumas (1)

0
238 views
Sr. Leonie HK, Penari dengan Lutut Tanpa Oli Pelumas (Titch TV/Mathias Hariyadi)

SUSAH membayangkan bagaimana mungkin bisa menari dengan tetap bisa mengandalkan fleksibilitas semua gerak anggota tubuhnya, tapi tempurung lututnya sudah kering sampai tidak punya lagi “oli pelumas”.

Tamat karier sudah

Tentu, selain rasa sakit yang amat sangat, kondisi itu jelas membuat “karier” seorang penari profesional langsung “tamat”.

Cacat fisik di bagian lutut karena “oli pelumasnya” sudah kering sudah pasti merupakan “pukulan” telak bagi setiap penari.

Juga bagi seorang koreografer tari, karena gagasannya tentang ide-ide koreografi tarian sudah tak bisa dia “demonstrasikan” kepada anak didik atau penari lain yang akan memerankan gerak tariannya.

Pukulan telak ini juga pernah menghantam Sr. Leonie HK (71), seorang suster biarawati  anggota Kongregasi Suster Belaskasih dari Hati Yesus yang Mahakudus atau biasa disingkat Hati Kudus (HK).

Suster HK dari Kota Yogyakarta ini mengisahkan kisah hidupnya sebagai guru, penari, dan koreografer tarian massal sebanyak 600 orang di Panti Wreda Griya Nugraha -biasa disingkat PWGN- di Tanjungkarang, Bandarlampung, Kamis siang tanggal 23 Maret 2023.

Episode kisah riwayat hidup sangat prestisius

Dunia tari-menari adalah episode sejarah yang membanggakan bagi seorang Leonie HK. Maklum, selain boleh mengucapkan profesi religius sebagai suster biarawati Hati Kudus, Sr. Leonie HK juga lulus dari Sekolah Akademi Seni Tari -kini menjadi Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI) Jurusan Seni Tari.

Secara profesional, Sr. Leoni HK dulunya adalah guru tari dan koreografer tari dengan spesialisasi tarian Jawa.

Karena sudah mahir menari Jawa dan membuat koregrafi tarian Jawa, maka ia minta izin pergi ke Bali untuk memperdalam pola gerak tubuh manusia ketika sedang memainkan tarian khas Bali. Lengkap dengan gaya khas tarian Bali yakni gerak kelopak mata dan menata jari-jemari.

“Tari Jawa sangat berbeda gaya dengan pola tari Bali,” ujar Sr. Leoni HK dengan super semangat memperagakan gerak tari Jawa dan kemudian pola gerak tari khas Bali.

Belajar menerima kenyataan

Hal yang membuatnya sedih, tentu saja ketika secara fisik ia sudah tidak mampu menari lagi. Pertama-tama, kata dia, karena tempurung lutunya sudah tidak punya “oli pelumas” lagi.

“Plus sekarang ini, saya hanya bisa bergerak dengan bantuan kursi roda,” ujarnya dengan sedikit terbata-bata sembari memperlihatkan bentuk lututnya yang kini sudah “rata” tanpa ada “tempurung” yang biasa terlihat menonjol di bagian lutut.

Akhir cerita, Sr. Leonie HK kini merasa diri sudah semakin dimampukan untuk menerima kenyataan “pahit” seperti itu.

Elan vital masih menyala-nyala

Bahwa tubuhnya kini sudah renta, sekalipun semangat jiwanya masih berkobar-kobar sebagaimana hal itu tampak jelas ketika wawancara dengan Titch TV berlangsung lebih dari 40 menit dari skejul rencana semula hanya -paling lama- 10 menit saja.

Tentang élan vital-nya Sr. Leonie HK dalam perkara tari-menari, Pemimpin Umum Kongregasi Suster Hati Kudus Sr. Henrika HK tak menampik kesan utama dari suster senior yang sudah merayakan pesta hidup membiara 50 tahun ini.

“Warisan barang-barang koleksi Sr. Leonie HK untuk tari-menari itu kami simpan dalam satu almari sendiri,” ungkap Sr. Henrika HK di Biara Induk Kongregasi Suster HK di Tanjungkarang, Kamis malam. (Berlanjut)

Baca juga: Sr. Leonie HK (71), Gara-gara Mgr. Aloysius Sudarso SCJ (2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here