TANTANGAN ini dijawab oleh Suster Xaver SSpS dengan menunjukkan jati dirinya sebagai gembala yang setia; yang memberikan diri seutuhnya bagi kawanannya.
Ia minta komunitasnya untuk menambah jam-jam melakukan adorasi di hadapan Sakramen Maha Kudus, sampai tujuan mereka –mengikuti Yesus– terwujud.
Tuhan akhirnya menjawab sendiri doa dan penyerahan diri dari Suster Xaver SSpS dan komunitasnya.
Dalam Kapitel Umum SSpS pada tahun 1948, Sr. Gerardia van Hoek, Pemimpin Regional SSpS wilayah Flores memberi laporan tentang perkembangan CIJ.
Secara khusus tentang kiprah Sr. Xaver SSpS.
“Dalam sepuluh tahun terakhir ini, kami melihat bahwa gadis-gadis Flores itu juga memiliki cita-cita yang tinggi… Atas permintaan Yang Mulia Uskup Mgr. Leven SVD, saudari terbaik kita yakni Sr. Xaver SSpS pada tahun 1935 telah mengambil alih pengelolaan Kongregasi suster-suster pribumi di Jopu.
Suster Xaver SSpS telah melakukan yang terbaik untuk memampukan mereka yang dipercayakan kepadanya menjadi pengikut Yesus yang baik.
Kongregasi ini sekarang memiliki enam orang suster dalam kaul kekal, 17 suster yang berkaul sementara, 6 novis, dan 13 postulan.
Mereka memiliki komunitas di Ndona dengan anggota sebanyak enam orang Suster. Dan Sr. Pulcheria SSpS menjadi pemimpin mereka. Ia telah menjadi ‘ibu’ yang setia bagi mereka.
Di Wolowaro ada komunitas baru, di mana Suster Xaver sendiri yang menjadi pemimpinnya. Kami berharap kongregasi ini segera menjadi mandiri sepenuhnya.”
Komandan tentara Jepang di Flores
Keberhasilan Suster Xaver dalam menyemai dan menempa benih-benih panggilan untuk para suster pribumi itu bahkan sampai diakui oleh Komandan Jepang Tasuko Sato.
Komandan dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang ini sangat terkesan dengan cara hidup dan beragama orang Kristen di Flores.
Ia sendiri juga akhirnya membiarkan dirinya dibaptis. Dalam bukunya Flores verges ich nicht, ia menulis kesan-kesan dalam perjumpaannya dengan para suster CIJ.
“Di sini, saya melihat suster-suster orang Flores untuk pertama kalinya dan senang melihat keseriusan dan martabat mereka. Dari wajah mereka, terpancar kesederhanaan dan keindahan yang sungguh ilahi, yang dijiwai oleh kebajikan dan karakter tangguh…
Di mata dan wajah mereka yang sederhana, tidak ada riasan kecantikan yang mempesona, tetapi terpancar dari sana sesuatu yang jauh lebih indah, yang membuat orang iri dengan iman dan cara hidup mereka.”
Selanjutnya dalam Kapitel General SSpS tahun 1960, Pemimpin Regional SSpS Flores, Sr. Gunthild A. Gompelmann SSpS, memberi laporan tentang CIJ sebagai berikut.
“Kongregasi Pengikut Yesus di Jopu, yang telah berdiri selama lebih dari 25 tahun, telah cukup berkembang, dan kami mengharapkan agar secepatnya mandiri.
Sr. Xaver Hoff SSpS masih menjabat Magistra Novis dan Sr. Raineldis Johanna Michielse SSpS adalah pimpinan mereka. Para suster CIJ sudah melakukan pekerjaan yang bermanfaat di sekolah, poliklinik, dan rumah sakit.”
Tahun 1961 CIJ memikul tanggungjawab di pundaknya. Kepemimpinan Kongregasi dipercayakan ke Sr. Theresia Antonia Kuki CIJ (1965–1969).
Suster Xaver sampai 1961 masih menjabat magistra; lalu ia kembali ke komunitas SSpS.
Tentu perpisahan ini tak mudah bagi beliau, tapi dia telah memberi diri seutuhnya sampai kongregasi pribumi ini menjadi lebih mandiri.
Meninggalkan Jopu adalah pengorbanan yang nyata, tapi dia tahu bahwa itu adalah pemenuhan misi yang dipercayakan kepadanya.
April 1977 Suster Xaver kembali ke rumah induk di Steyl. Raganya yang jauh dari Jopu tak membatasi jiwanya yang selalu merindukan dan hadir di Jopu.
Dari Steyl, ia terus mendukung CIJ dengan menerjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Indonesia.
Ia terus membangun kontak dengan para donatur di Eropa, terutama ia terus berdoa, bermati raga dan berkorban untuk cintanya kepada CIJ dan karya misi di Flores.
Meninggal di Steyl
10 April 1983, di rumah induk Steyl Belanda, Sr. Xaver Margaretha Josephina Hoff SSpS, dengan penuh kedamaian menutup mata untuk selamanya.
Seorang misionaris yang berpusat pada Kristus, yang matang dalam sekolah jalan salib-Nya, yang selalu siap dituntun oleh Roh-Nya, pergi menghadap Sang Guru Agung.
Suster Xaver SSpS selalu berkata sebagai berikut.
“Semakin saya mengenal diri saya, semakin saya memohon bimbingan-Nya. Cinta yang agung kepada-Nya selalu saya kejar. Dan Tuhan selalu menyadarkan saya bahwa itu butuh waktu yang lama.” (Berlanjut)
PS: Artikel ini ditulis bersama Sr. Ivonny Kebingin CIJ