Stop Akting

0
465 views
Ilustrasi: by Romo Ino Berek.

Jumat, 15 Oktober 2021

Rm. 4:1-8.
Mzm.32:1-2.5.11.
Luk.12:1-7

DALAM kehidupan sehari-hari, tak jarang dua orang berbicara -bahkan berbisik- membicarakan sebuah rahasia, kebaikan atau keburukan.

Kadang kita pun berharap ada seseorang yang dapat mengerti hati kita, tanpa perlu kita utarakan kepadanya.

Di sisi lain, sangat sering kita mengurungkan niat untuk mengutarakan sesuatu kepada orang lain. Karena kita takut ditolak, dijauhi, atau mengecewakan mereka.

Mungkin ada di antara kita yang takut, jika ada orang lain mengetahui isi pikiran kita, mereka tidak akan mau berurusan lagi dengan kita.

“Jujur saja katakan apa yang telah terjadi,” kata seorang ayah pada anaknya.

“Kalau kamu bicara terus terang, kita bisa mencari solusi dari permasalahanmu,” lanjut bapak itu.

“Bapak, tidak marah jika saya bicara apa adanya,” jawab anaknya sambil tertunduk.

“Saya selama dua semester ini tidak kuliah lagi,” sambung anak itu.

“Saya stres, karena dosen pembimbing skripsi sangat sulit orangnya. Dan saya sulit ketemu dia,” lanjutnya.

“Jika saja sejak semula kamu jujur sama bapak, mungkin tidak sampai begitu lama kamu menanggung beban ini,” kata bapaknya.

“Semua masalah itu ada jalan keluarnya. Hanya perlu ketekunan dan kesabaran,” lanjut bapaknya.

“Saya sudah berusaha Pak, sebelum akhirnya saya ambil cuti kuliah ini,” jawab anak itu.

“Apa rencanamu selanjutnya? tanya bapaknya

“Saya akan mengajukan topik baru dengan berharap mendapatkan pembimbing lain,” jawab anaknya.

Dalam bacaan Injil kita dengar demikian.

“Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. 

Karena itu, apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah.”

Suatu perbuatan dosa akan tersingkap melalui dampaknya terhadap diri sendiri maupun kepada sesama.

Sepandai-pandainya orang berusaha menutupi kesalahan dan dosanya dengan berakting akan ketahuan juga.

Tanpa disadari, keburukan sifatnya akan muncul dan tampak di wajahnya bila harga diri atau kepentingannya terusik.

Orang yang berusaha menutupi dosanya akan menyeret dirinya pada kemunafikan seperti yang dilakukan orang Farisi.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani jujur mengakui dan meminta maaf atas kesalahanku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here