
KENAPA figur Santo Bonaventura menjadi penting bagi dunia akademik dan rohani? Karena, Santo Bonaventura memadukan keunggulan intelektual dan kedalaman spiritual secara harmonis.
Sebagai teolog skolastik sekaligus mistikus Fransiskan, ia tidak hanya menghasilkan karya ilmiah yang bernas, tetapi juga mengarahkan pencarian intelektual menuju perjumpaan dengan Allah. Dalam Itinerarium Mentis in Deum (Perjalanan Jiwa Menuju Allah), Bonaventura menegaskan bahwa kebenaran sejati dicapai melalui kasih, rahmat, dan kontemplasi – bukan hanya melalui rasio.
Dalam pendidikan, ia mendorong para Fransiskan untuk belajar teologi dengan rendah hati dan semangat pelayanan; membedakan antara Ordo Seraphicus (Santo Fransiskus) dan Ordo Cherubicum (frater Fransiskan dan Dominikan) yang fokus pada studi dan kontemplasi Kitab Suci.
Kardinal Joseph Ratzinger (kemudian Paus Benediktus XVI) menyoroti teologi sejarah Bonaventura yang menolak pandangan apokaliptik Joachim dari Fiore. Sebaliknya, Bonaventura menegaskan bahwa Kristus adalah pusat sejarah.
Zaman Roh Kudus bukanlah masa baru di luar Gereja, melainkan telah hadir dalam dan melalui Gereja. Paus Benediktus menyebut Bonaventura sebagai pencari Allah yang tak kenal lelah dan “penyair serafik ciptaan” yang mengajarkan bahwa sejarah adalah perjalanan menuju Allah dalam terang Kristus.
Santo Bonaventura menjadi jembatan kokoh antara dunia akademik dan kehidupan rohani. Ia juga menunjukkan bahwa pendidikan sejati bukan hanya soal berpikir, tetapi juga soal mencintai dan berkontemplasi.
Ia adalah teladan sebagai guru dan pemimpin rohani, sangat relevan untuk dunia pendidikan modern yang kerap kehilangan akar spiritualnya.
Pemikirannya tentang pendidikan dan relasi antara akal dan iman
Itinerarium Mentis in Deum sebagai model ziarah intelektual menuju Tuhan. Bagi Santo Bonaventura, pendidikan adalah ziarah rohani yang melibatkan seluruh keberadaan manusia -akal, kehendak, dan kasih- menuju persatuan dengan Allah.
Ia menolak dikhotomi antara akal dan iman. Sebaliknya, keduanya dipandang sebagai jalan sinergis dalam pencarian kebenaran. Akal menuntun manusia mengenal ciptaan dan tatanan dunia, tetapi hanya dalam terang imanlah akal mencapai tujuan puncaknya: kontemplasi akan Sang Kebenaran Sejati.
Pemikiran ini tertuang dalam karya agungnya, Itinerarium Mentis in Deum, yang menyajikan enam tahap perjalanan jiwa menuju Allah. Perjalanan ini dimulai dari kontemplasi atas dunia ciptaan, dilanjutkan dengan permenungan diri, hingga mencapai persatuan mistik dengan Allah.
Proses ini melibatkan seluruh kapasitas manusia: pancaindra, rasio, kehendak, dan dorongan kasih.
Puncak pendidikan, menurut Bonaventura, bukanlah sekadar pencapaian akademik, tetapi penyatuan eksistensial dengan Allah melalui kasih dan kontemplasi.
Ia menulis tajam: “Jika kamu ingin mengetahui bagaimana hal ini terjadi, bertanyalah bukan kepada argumen, tetapi kepada kasih; bukan kepada pengajaran, tetapi kepada pengalaman; bukan kepada tulisan, tetapi kepada perasaan terdalam; bukan kepada terang, tetapi kepada api yang menyala dan membakar jiwa.” (Itinerarium, VII,6).
Secara metodologis, Itinerarium adalah model pendidikan yang integratif, yang mengajak mahasiswa dan mahasiswi mengalami pertobatan, penerangan, dan penyucian sebagai tahap-tahap ziarah intelektual. Relasi akal dan iman yang diajukan Bonaventura menolak pendidikan yang rasionalistis tanpa spiritualitas, sekaligus menghindari devosi yang anti-intelektual.
Ia menunjukkan bahwa perjalanan menuju Allah harus ditopang oleh kasih yang mencerahkan akal dan iman yang menghidupkan pengetahuan.
Spiritualitas belajar: mengetahui untuk mengasihi dan mengabdi
Dalam pandangan Santo Bonaventura, belajar bukanlah semata proses intelektual, melainkan ziarah batin yang menuntun manusia kepada kasih dan pengabdian. Pengetahuan sejati, menurutnya, tidak terpisah dari cinta, sebab “tidak ada pengetahuan yang benar tanpa kasih.” Pengetahuan yang hampa dari kasih hanya melahirkan kesombongan dan menjauhkan manusia dari tujuan penciptaannya.
Maka, spiritualitas belajar menurut Bonaventura bukan untuk membanggakan diri, melainkan untuk merendahkan hati, menghidupi kebenaran, dan melayani sesama. Dalam Itinerarium Mentis in Deum, ia menegaskan bahwa proses intelektual yang tidak disertai kontemplasi dan pelayanan adalah jalan buntu bagi jiwa. Puncak dari pencarian intelektual adalah kesiapsediaan untuk melampaui akal menuju penyatuan dengan Allah.
Belajar sejati, dalam tradisi Fransiskan yang dihidupi Bonaventura, adalah jalan menuju pengudusan – sebuah praksis cinta yang menyalakan pengabdian. Pengetahuan, karenanya, bukan alat dominasi, tetapi sarana pelayanan. Seorang akademisi atau pelajar yang ideal adalah pribadi yang belajar untuk mencintai lebih dalam dan mengabdi lebih total.
Mewujudkan spiritualitas Sang Pujangga Gereja di STP Bonaventura KAM
Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Santo Bonaventura di Delitua, Medan, merupakan lembaga pendidikan tinggi Katolik di bawah naungan Keuskupan Agung Medan. Lembaga ini hadir sebagai wujud komitmen Gereja Lokal dalam membentuk tenaga pastoral yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan sosial.
Visi STP Bonaventura menegaskan arah geraknya: “Menjadi institusi yang unggul dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan Pendidik Keagamaan Katolik bagi Gereja dan Negara pada tahun 2033.”
Visi ini memadukan keunggulan akademik dan semangat pelayanan, menjawab tuntutan zaman dan kebutuhan konkret umat Katolik.
Untuk mewujudkan visi tersebut, STP Bonaventura melaksanakan empat misi utama:
- Menyelenggarakan pendidikan keagamaan Katolik berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam semangat kateketik pastoral.
- Mengembangkan penelitian berbasis humaniora dan etika ilmiah untuk solusi aplikatif bagi Gereja dan masyarakat.
- Melaksanakan pengabdian masyarakat yang kontekstual dan bertanggungjawab.
- Membangun kerjasama strategis dengan lembaga-lembaga pendidikan dan instansi di tingkat nasional maupun internasional.
Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik (PKK) menjadi inti akademik STP Bonaventura. Visi program ini selaras dengan lembaga induknya: mengembangkan formasi pendidik dan katekis muda yang tangguh secara akademik, reflektif dalam spiritualitas, serta adaptif terhadap dunia modern.
Dengan kurikulum integral dan pendekatan kontekstual, STP Bonaventura berkomitmen melahirkan pelayan pastoral generasi baru—mereka yang siap berdialog dengan dunia, teguh dalam iman, dan total dalam pengabdian.
Menghidupi core values Bonaventura sebagai jalan kesatuan
STP Santo Bonaventura KAM menghidupi serangkaian nilai dasar (core values) yang dirangkum dalam akronim Bonaventura, yang menjadi fondasi spiritual, moral, dan etis seluruh sivitas akademika:
- Bersumber pada Kristus.
- Oase kehidupan Gereja dan Bangsa.
- Nasionalis.
- Agamais.
- Visioner.
- Etos kerja.
- Nilai luhur.
- Teguh.
- Unggul.
- Rela berkorban.
- Amal bakti.
Nilai-nilai ini menopang visi mencetak pendidik Katolik yang unggul secara akademik, matang secara spiritual, dan tanggap terhadap realitas zaman. Pendidikan di STP Bonaventura menerapkan pendekatan student-centered learning yang berlandaskan empat pilar UNESCO:
- Learning to know – memperkaya pengetahuan.
- Learning to do – mengasah keterampilan praktis.
- Learning to be – membentuk karakter dan kepribadian.
- Learning to live together – menumbuhkan semangat dialog dan kolaborasi dalam keberagaman.
Komitmen kampus juga tercermin dalam penyediaan beasiswa, pembentukan komunitas belajar lintas daerah, dan pembinaan berkelanjutan yang mendukung mahasiswa dari Sumatera hingga Papua.
Refleksi dan harapan pendidikan dalam terang ilahi
Pendidikan di STP Bonaventura bukan sekadar proses transfer ilmu, melainkan sarana integral untuk membentuk karakter dan moral yang baik. Sejalan dengan semangat Santo Bonaventura: “Studium autem bonorum et virtutum radix est felici vitae” — Semangat untuk kebaikan dan kebajikan adalah akar dari kehidupan yang bahagia.
Lebih jauh, pendidikan di STP Bonaventura mengharmoniskan iman dan akal budi sebagai satu kesatuan. Sebagaimana Bonaventura menegaskan: “Fides et ratio sunt quasi alae quibus spiritus ascendit ad contemplationem veritatis” — Iman dan akal budi adalah sayap di mana roh terbang menuju kontemplasi kebenaran.
Harapan besar bagi STP Bonaventura adalah agar lembaga ini terus menjadi pusat pendidikan transenden—menghasilkan pendidik keagamaan Katolik yang unggul secara akademis, sekaligus pribadi yang berkarakter kuat, berintegritas, dan berlandaskan kasih Kristus.