LAHIR dan besar di Kediri, Jatim, Sr. Maria Vinsentin SND (74) kini masih giat berkarya di Panti Asuhan Putera “Marganingsih” Lasem, Jawa Tengah.
Sudah 21 tahun
Karya mendidik dan membina pribadi anak-anak panti sudah dia jalani selama 21 tahun terakhir. Sejak ia selesai mengampu karya di bagian rumah di Seminari Tinggi Interdiosesan Kupang, Timor, NTT.
Bahkan sedari muda belia –ketika belum bergabung masuk dengan Kongregasi suster Soeurs de Notre Dame (SND)- Vinsentin remaja sudah bekerja secara profesional sebagai pegawai panti asuhan di Jakarta.
Karenanya, ungkap suster biarawati yang kini sudah berumur 74 tahun tapi masih sehat ini- dirinya benar-benar merasa diri mengalami sukacita besar dalam karya amal sosial di lingkungan panti asuhan. Dan terutama selama 21 tahun terakhir di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Putera “Marganingsih” di Kota Lasem, Jateng.
Merasa ikut berbahagia bisa membahagiakan anak-anak tanpa orangtua
Mendidik dan membina anak-anak panti -terutama lelaki jelang remaja- itu tidak mudah. Butuh “askesis” dan perjuangan luar biasa untuk mampu “menaklukan” emosi mereka dan kemudian “merebut” simpati lelaki jelang remaja ini.
Salah satu kiatnya dalam meraih sukses membina anak-anak didikan di panti asuhan adalah kesabaran. Juga siap sedia untuk selalu mau mendengarkan.
“Anak-anak itu butuh kasih sayang; terutama yang di zaman-zaman dulu ketika mereka dikirim ke sini tanpa pernah mengetahui siapa ibu dan bapak mereka sesungguhnya,” terang Sr. Vinsentin SND.
“Kalau ‘dikerasi’, mereka justru melawan. Namun, kalau kita dengan sabar mau mendengarkan ‘kisah-kisah’ mereka, pastilah anak-anak remaja lelaki ini bisa kita rangkul,” demikian keyakinan Sr. Vinsentin SND menjawab Titch TV di LKSA Putera “Marganingsih” Lasem, Rabu malam tanggal 23 November 2022.
Bersyukur diberi kesehatan
Dengan sejarah hidup kini merangkai usia di tahun 2022 ini sudah 74 tahun, maka tentulah Sr. Maria Vinsentin SND sudah tidak muda lagi.
Meski demikian, ia masih cekatan dan cukup kuat “menarik” pintu gerbang besi dan berat yang menjadi pagar LKSA Putera “Marganingsih” yang berlokasi di tepi jalan besar Jalan Raya Lasem rute utama Rembang (Jateng) menuju Tuban (Jatim) dan arah sebaliknya.
“Saya sungguh merasa bersyukur hingga saat ini masih diberi kekuatan fisik dan tetap sehat tanpa banyak pantangan makan-minum,” tutur Sr. Vinsentin SND dengan muka ceria di tengah hawa super panas dan banyak nyamuk-nyamuk nakal khas Lasem.
Tantangan terbesar
Salah satu tantangan terbesar yang sungguh menguras tenaganya sebagai pendidik anak-anak lelaki remaja di LKSA Marganingsih Lasem ini adalah kewajiban harus “mengawasi” mereka belajar. Terutama saat berlangsung wabah pandemi Covid-19 sepanjang 2019-2021 lalu.
“Karena tidak ada pelajaran tatap muka di sekolah, maka praktis kami para suster di asrama harus ‘menjaga’ tanpa henti agar mereka ‘setia’ belajar,” tuturnya.
Itu tantangan dalam karya mengampu anak-anak panti asuhan putera. Sedangkan, sebagai religius, “tantangan” yang kini dihadapi adalah kesetiaan dalam berdoa.
Ini fenomena umum, demikian pendapatnya.
Pikiran dan perhatian kaum religius dengan mudah sangat bisa “terbelokkan”, karena yang kini menjadi “tuhan” bagi semua orang masa kini adalah HP.
Karena itu, ungkapnya jujur, salah satu harapan besar bagi Sr. Vinsentin SND untuk para kolega suster yunior di Kongregasi SND-nya adalah hal penting ini: “Berdoa dan tetaplah kita semua senantiasa bertekun dalam berdoa, karena doa akan selalu menjadi sumber kekuatan hidup bakti sebagai religius.”