Tak Cukup Hanya Meneriakkan Nama Tuhan

1
5,827 views

PERNAH saya berjalan-jalan ke Medan dan sampailah saya di Terminal Amplas, Medan. Di sana saya memperhatikan betapa banyak orang lalu-lalang dan sibuk mengurusi urusannya. Ada orang yang mau berangkat ke luar kota dan ada juga yang baru tiba di Medan dari luar kota.

Di salah satu sisi terminal, saya memperhatikan para kondektur dan mandor bus tengah sibuk memanggil para penumpang. Salah seorang mandor berteriak ke arah calon penumpang: “Jakarta, Jakarta, mau kemana, Bu?”

Lalu calon penumpang menggeleng-gelengkan kepala pertanda bukan penumpang mau ke Jakarta.

Di sudut lain, ada lagi berteriak: “Siantar, Siantar, mau ke Siantar, Pak?” Sambil memberi tanda menundukkan kepalanya. Lalu kata agen bus tersebut: “Ayo, ayo Pak naik, sebentar lagi mau berangkat”.

Tidak pernah sampai

Kemudian para penumpang silih berganti naik ke bus hingga tiba waktunya untuk berangkat. Tetapi apa yang terjadi bahwa orang-orang yang berteriak memanggil penumpang dengan teriakan: “Jakarta, Jakarta dan Siantar, Siantar”, ketika tiba giliran bus tadi berangkat menuju daerah tujuannya tetap tinggal di Medan, tak pernah sampai atau tiba di Jakarta atau Pematangsiantar.

Mereka hanya meneriakkan nama-nama kota tersebut.

Namun mereka tak pernah menginjakkan kakinya di kota yang disebutkannya. Artinya, mereka hanya meneriakkan nama-nama kota tersebut dan mengajak penumpang untuk naik bus, tapi mereka yang menyebut-nyebut nama-nama kota tersebut tetap tinggal di Medan. Hanya menyebut nama kota Jakarta, tapi tak pernah tiba di Jakarta.

Sabda Tuhan

Naas kitab suci yang kita renungkan adalah Matius 7:21-27: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Injil di atas menegaskan bahwa bukan setiap orang yang berseru kepada-Nya: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa di surga. Setiap orang yang mendengar perkataan-Nya dan melakukannya, dialah orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Lip’s service

Saat ini banyak orang dengan mudah menyebut atau meneriakkan nama Tuhan, tapi hanya sebagai pemanis bibir (lip’s service) saja, bukan menunjukkan bahwa hidupnya sungguh sejalan dengan kehendak Tuhan. Atau menjadi buah dari ketekunan mendengarkan dan membaca firman Tuhan, tapi hanya ucapan tanpa makna saja.

Karena ada orang yang saya kenal, ketika dikejutkan temannya, dia spontan juga menyebut: Tuhan, Tuhan, Tuhan, karena orang yang mengejutkannya menyebut Tuhan. Dengan kata lain, hanya latah saja. Menyebut nama Tuhan berarti terdorong oleh kebiasaan dan ketekunan melakukan membaca firman Tuhan. Banyak orang juga sekarang ini berkata: “Demi Tuhan saya tidak mengatakan itu, …..” Padahal kata-kata tersebut bukan merupakan hasil dari ketekunan merenungkan sabda Tuhan, tapi hanya bahasa pasaran saja. Artinya, banyak orang mengatakan kata-kata tersebut, namun merupakan ikut-ikutan saja.

Menyebut nama Allah 

Bagi kita yang sungguh membaca dan merenungkan sabda Tuhan, menyebut nama Tuhan tanpa melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Tuhan hendaknya merupakan perbuatan yang tabu atau dipantangkan. Seperti kebiasan orang Yahudi, kalau menyebut nama Tuhan atau YAHWE merupakan hal yang dipantangkan atau haram.

Karena itu, mereka menyebut nama YAHWE (Tuhan) dengan sebutan adonai. Sebutan adonai merupakan kata pengganti nama Tuhan yang tak boleh disebutkan begitu saja. Artinya, dalam pemahaman dan penghayatan mereka menyebut nama Tuhan tidak boleh sembarangan, tidak boleh sesuka hati, tidak boleh asal-asalan.

Menyebut nama Tuhan dalam doa dan ibadat suci menjadi sesuatu yang wajib dan dibolehkan. Di luar konteks tersebut, para orang Yahudi dilarang atau tidak dibolehkan untuk menyebut nama Tuhan.

Orang yang menyebut nama Tuhan dan melakukan kehendak Bapa, dialah orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu, maka ketika banjir datang rumah tersebut tetap kokoh. Sedangkan orang yang hanya menyebut nama Tuhan dan tidak melakukan kehendak-Nya, sama seperti orang yang mendirikan rumahnya di atas pasir, lalu ketika datang banjir rumah itu pun rubuh dan hebatlah kerusakannya. Kedua situasi tersebut sangat kontras hasilnya.

Sebagaimana yang saya ceritakan diatas tadi, ada agen atau mandor bus kota kerjanya hanya menyebut nama-nama kota di luar tempat dia berada, tapi sekalipun dia tak pernah menginjakkan kaki di kota tersebut.

Artinya, dia hanya mengatakan saja, tetapi tidak melakukan apa yang dikatakannya. Karena itu, dalam hidup ini kita tidak cukup hanya menyebut nama Tuhan, namun yang paling penting adalah melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Dan paling diharapkan dari kita adalah mau dan berani menyebut nama Tuhan, tentunya juga siap sedia melakukan apa yang dikehendaki oleh-Nya, agar antara kata dan perbuatan menjadi sesuatu yang terpadu, dan bukan tong kosong nyaring bunyinya.

 

1 COMMENT

  1. Matius 7:21-22 menunjukkan Yesus sudah tahu segalanya apa yang akan terjadi pada kita , sibuk dengan berdoa , bersyukur ,menerima ekaristi ,namun gagal total dalam mendengarkan Dia , bagaimana mungkin melakukan kehendak ALLAH . Andai saja sabda tsb dibacakan berkali 2 ; tidak akan masuk kedalam hati , karena dalam pikiran manusia modern sekarang bercokol kekuatan jahat yang dahsyat; keinginan duniawi untuk Berkuasa , Kaya raya , Terhormat ; yang dalam dunia spiritualitas Ignasian disebut akan membawa manusia untuk tidak mempunyai kerendahan hati . Bagaimana mungkin menjadi murid Kristus yang mesti menanggalkan segala miliknya . memanggul salibnya dan dan mengikuti Dia . Para rohaniwan pun akan mengalami banyak kesulitan , apa lagi kaum awam . Saya rasa makna sabda Tuhan itu sudah amat jelas . Bapak 2 Konsili II menggunakan sabda itu untuk Perdebatan Pemikiran Konsili mengenai keselamatan , sayangnya meskipun hasilnya bagus , tidak ada pelaksanaan . Inilah memang masalah kita Iman tanpa Kasih ; sia 2 belaka .

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here