Tak Guna Berkutat dengan Masa Lalu. Biarkan Berlalu Terbawa Angin

4
3,117 views

 

 

[media-credit name=”Google” align=”alignleft” width=”150″][/media-credit] 

KETIKA segala masalah serasa menumpuki hidup kita dan masa depan belum jelas, yang bisa kita lakukan hanya berharap padaNya. Segala perasaan kecewa, jengkel, marah, khawatir, dan takut berkecamuk dalam hidup kita. Itu harus  bisa kita urai satu persatu untuk memperoleh jalan keluar dari masalah tersebut.

Luka batin

Setiap orang memilki ‘salibnya’ sendiri-sendiri. Sebagai karyawan, orang mendapati banyak persoalan  di tempat kerja. Sebagai anggota keluarga dalam hidup rumah tangga, orang menemukan banyak ketidaksesuaian atau malah memendam rasa kecewa karena harapan tidak sesuai kenyataan.  Anak kecewa terhadap orangtuanya, pun pula sering terjadi hal sebaliknya. Kita dibuat mangkel dan kecewa oleh kelakuan teman atau saudara kita.

Menjadi lebih kecewa lagi, manakala semua harapan dan cita-cita masa depan tiba-tiba hancur ditelah masa. Ditambah lagi, penghancur itu datang dari kalangan terdekat sendiri: bisa teman, sanak keluarga atau bahkan kekasih. Yang terjadi tentu saja kejengkelan, marah, sakit hati, dan semua perasaan ‘tidak nyaman’ campur baur berkecamuk dalam hati kita.

Luka batin menjadi semakin besar. Susah sembuh dan orang dibalut rasa dendam tak berkesudahan.

 

 

[media-credit name=”Google” align=”alignleft” width=”300″][/media-credit] 

Minta disembuhkan
Semua luka batin mestinya diatasi untuk disembuhkan sampai tuntas.

Memang mengatakan ini tak segampang melakukan proses penyembuhan itu sendiri. Apalagi kalau kita harus mengampuni orang lain. Memberi maaf kepada orang yang telah membuat hidup kita kacau sungguh tak mudah. Namun, ajaran kristiani mengajak kita harus bisa memaafkan diri sendiri dan apalagi orang lain.

Kalau tidak, maka kita malah membuat duka di hati Tuhan (Bdk. Ef 4:30-32): “Janganlah menyedihkan hati Roh Allah. Kalian sudah dimateraikan dengan Roh, menjadi milik Allah. Roh itu juga merupakan jaminan bahwa hari pembebasan akan datang bagimu. Hilangkanlah segala perasaan sakit hati, dendam dan marah. Jangan lagi berteriak dan memaki-maki. Jangan lagi ada perasaan benci atau perasaan lain semacam itu. Sebaliknya, hendaklah kalian baik hati dan berbelaskasihanlah seorang terhadap yang lain, dan saling mengampuni sama seperti Allah pun mengampuni kalian melalui Kristus.”

Mengampuni secara tulus
Kita harus bisa mengampuni dengan tulus dan bukan cuma mengampuni di bibir saja. Kita mesti ingat, bahwa “pembalasan” adalah hak Tuhan. Jadi janganlah kita punya pikiran ingin membalas dendam pada orang-orang yang telah melukai kita. Apabila sulit  mengampuni, ada baiknya kita bertanya kepada diri sendiri: “Dengan kondisiku yang tidak menyenangkan ini, apakah orang yang aku benci mengetahuinya dan berefek padanya?”

 

 

[media-credit id=3 align=”alignright” width=”300″][/media-credit] 

Bisa jadi orang tersebut sedang bergembira menikmati hidupnya. Jadi, apa gunanya menyimpan segala yang busuk-busuk tersebut di dalam hati kita.

Lain cerita kalau akhirnya kita malah bisa mengampuni.Itu berarti kita sudah bisa melupakan masa lalu. Ini sesuai dengan firmanNya dalam Yesaya 43:18: “Janganlah ingat- ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala!”

Melupakan bukan berarti sama sekali lupa apa yang terjadi di masa lalu tapi bahwa segala luka batin dan segala yang tidak enak di masa lalu tersebut sudah tidak akan mempengaruhi kita lagi. Kita sudah bisa berpikir dengan jernih untuk menyongsong masa depan kita. Semua akan indah pada waktunya.

Yunita Yohana, karyawati swasta dan umat Paroki St. Kristophorus, Grogol, Jakarta Barat.

4 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here