Home BERITA Tamak

Tamak

0
500 views
Ilustrasi: Jangan Sombong. (ist)

Minggu, 3 Agustus 2025

Pkh. 1:2; 2:21-23
Mzm. 90: 3-4, 5-6, 12-13, 14,17
Kol. 3:1-5.9-11
Luk.12:13-21

KEKAYAAN bisa membuat hidup kita lebih mudah, tetapi bukan berarti membuat hidup kita lebih bermakna. Betapa banyak orang kaya yang merasa kesepian, hampa, dan kehilangan arah.

Sebaliknya, kita juga pernah bertemu orang sederhana yang hatinya penuh syukur, wajahnya berseri, dan hidupnya menjadi berkat bagi banyak orang.

Hidup sejati tidak diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, melainkan dari seberapa kita mengasihi, mengampuni, dan melayani.

Bukan jumlah harta yang membuat kita dikenang, tetapi kebaikan yang kita tabur, senyum yang kita bagi, dan kehadiran kita yang membawa penghiburan bagi sesama.

Saat kita mulai melepaskan keterikatan pada kekayaan, kita justru menemukan kebebasan sejati: hati yang damai, sukacita yang tidak tergantung keadaan, serta rasa syukur atas hal-hal sederhana yang sering luput kita sadari.

Kiranya kita selalu ingat bahwa hidup ini adalah anugerah, bukan perlombaan mengumpulkan kekayaan. Dan pada akhirnya, yang paling berarti bukanlah apa yang kita miliki, tetapi siapa kita di hadapan Allah dan sesama.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab hidup seseorang tidak tergantung pada kekayaannya, sekalipun berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu.”

Yesus mengingatkan kita untuk berjaga-jaga dan waspada terhadap ketamakan. Ketamakan bukan hanya soal menginginkan lebih banyak uang, tetapi juga tentang hati yang tidak pernah merasa cukup, selalu gelisah, selalu membandingkan diri dengan orang lain.

Ketamakan membuat kita sibuk mengejar hal-hal lahiriah, tetapi lupa merawat yang jauh lebih penting: hati dan jiwa kita.

Yesus menegaskan: “Hidup seseorang tidak tergantung pada kekayaannya.”

Hidup bukanlah soal seberapa banyak yang kita tumpuk, melainkan seberapa kita mampu mengasihi, memaafkan, berbagi, dan hidup seturut kehendak Allah.

Ketamakan membuat kita menjadi budak dari apa yang kita miliki, sedangkan rasa syukur dan kerelaan berbagi membebaskan hati kita.

Harta bisa hilang, reputasi bisa runtuh, tetapi kasih, iman, dan kebaikan yang kita tanam akan selalu hidup, bahkan melampaui hidup kita sendiri.

Berjaga-jagalah, bukan sekadar menjaga rekening kita tetap penuh, tetapi menjaga hati kita tetap murni dan bebas dari ketamakan. Sebab hanya hati yang penuh syukur dan kasih yang mampu menemukan sukacita sejati yang tak tergantung pada apa pun di dunia ini.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah selama ini aku menilai nilai diriku berdasarkan apa yang aku miliki?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here