Tangan Tuhan Menyertai Dia

0
349 views
Ilustrasi - Bayi lahir premature dalam inkubator

Jumat, 23 Desember 2022

  • Mal. 3:1-4; 4:5-6.
  • Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14.
  • Luk. 1:57-66.

SETIAP keluarga mempunyai panggilan khusus. Dalam misteri cinta yang mempertemukan orangtua kita, Allah telah menaruh mimpi dan tujuan kebersamaan dalam bahtera rumahtangga yang terbangun.

Tuhan memilih keluarga Zakharia untuk menjadi tempat kelahiran Yohanes Pembaptis. Kelak, dialah yang merintis jalan bagi kedatangan Yesus, Sang Mesias.

Tuhan menganugerahi keluarga ini dengan suatu kemustahilan. Tuhan mengizinkan Zakharia dan Elisabet, yang sudah tua dan mati haid, untuk mempunyai anak. Anak itulah nanti akan menjadi perintis jalan bagi kedatangan Kristus.

Kondisi yang tidak wajar dan mustahil bagi manusia tidak menghalangi kehendak Allah terjadi dalam kehidupan ini.

Jika saja Zakharia dan Elizabet hidup dalam pikirannya sendiri dan menolak tawaran Allah melalui malikat, maka keluarga Zakharia -Elisabet tidak akan pernah menjadi bagian dalam karya keselamatan umat manusia.

Keterbukaan dan kerelaan serta ketaatan pada kehendak Tuhan itulah yang mestinya menjadi dasar dalam peziarahan hidup kita.

Kita boleh yakin pada diri sendiri, yakin dengan pikiran dan kemampuan kita tetapi kehendak Allah jauh melampaui daya nalar dan rasa kita yang mesti kita ikuti.

“Saya tidak pernah membayangkan anakku akan menjadi seperti sekarang ini,” kata seorang ibu.

“Dulu anakku lahir prematur, usia tujuh bulan di kandungan sudah harus keluar dari rahimku, karena sesuatu terjadi pada diriku,” paparnya.

“Selama 40 hari harus hidup di inkubator; dengan badan yang kecil sekali, serta mata yang selalu membelalak besar, dan dengan tangisannya yang keras sekali,” ujarnya.

“Setelah keluar dari rumah sakit anakku tumbuh baik dan menjadi kuat,” lanjutnya.

“Dia dikaruniai otak yang cerdas dan hati yang tulus, hingga tanpa banyak kesulitan menyelesaikan studinya,” urainya.

“Sekarang ia menjadi pimpinan perusahaan keuangan swasta yang sangat cakap,” ujarnya.

“Cara Tuhan menunjukkan kuat kausa-Nya itu luar biasa, tidak terpahami oleh pikiran kita yang kecil ini,” imbuhnya.

“Anakku yang waktu lahir sangat mengkhawatirkan itu, kini menjelma menjadi manusia yang kuat, sehat dan banyak membantu orang lain,” tegasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea.

Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.”

Tugas Yohanes setelah lahir di dunia ini, adalah tugas yang berat, tetapi sekaligus mulia.

Peran untuk memanggil dan memerintahkan bangsa Israel adalah tugas yang sulit.

Alasannya, bangsa ini terkenal sering melawan Tuhan. Mereka adalah kaum yang enggan mengakui kesalahannya, menyesalinya, dan bertobat.

Imam Zakharia dan Elisabet bisa saja menolak tugas berat itu. Namun, mereka membuktikan diri sebagai orang-orang yang taat kepada Tuhan. Mereka menjunjung tinggi perintah itu.

Salah satu bukti ketaatan itu terlihat dalam pemberian nama anak tersebut. Setelah anak itu lahir, orang tuanya memberinya nama di luar nama marga mereka. Akan tetapi, mereka memberinya nama sesuai perintah Tuhan melalui malaikat, yaitu Yohanes.

Kisah ketaatan seperti ini mengajak kita agar hidup dalam ketaatan serupa kepada Tuhan Allah.

Secara khusus dalam menyambut dan menerima Tuhan Yesus Kristus dalam hidup kita.

Kita dapat mengesampingkan, bahkan menempatkan segala kepentingan lain di bawah ketaatan kepada-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mau mendengar kehendak Tuhan dan mentaatinya dalam hidup.ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here