Tangisan dari Hati

0
397 views
Ilustrasi: (Ist)

Minggu, 3 April 2022

  • Yes: 43:16-21.
  • Mzm. 126:1-2cd-3.4-5.6.
  • II: Flp. 3:8-14;
  • Yoh. 8:1-11

SETIAP manusia pernah mengalami perjalanan yang tidak mulus, ada onak duri, kerikil tajam yang menghambat perjalanannya, bahkan kadang muncul badai dan angin topan yang yang menggoncang pelayaran biduk hati.

Jika ingat situasi batas dalam menghadapi badai, dari bibir ini selalu meluncur bisikan lembut, syukur Tuhan atas karya-Mu yang agung dan dahsyat bagi hidupku.

Hati ini, selalu menyadari bahwa tanpa campur tangan Tuhan, saya sudah habis, sudah selesai dan tutup buku peziarahan di jalan kehidupan ini.

“Saya pernah merasa tidak percaya akan pengampunan Tuhan. Hingga saya tidak terlalu antusias untuk menerima sakramen rekonsiliasi,” kata seorang bapak.

“Namun semua pemahaman saya dan keangkuhan diri saya ini sirna, ketika saya berbuat salah, dan mengkhianati janji perkawinan yang pernah saya katakan,” sambungnya.

“Selama tiga bulan, saya menjalin relasi dengan seorang perempuan lain, tanpa sepengetahuan isteri dan siapa pun,” ujarnya.

“Namun suatu ketika ketika saya berangkat ke gereja bersama isteri dan anakku yang masih berumur empat bulan. Sejak masuk gereja anakku rewel dan nangis terus, isteriku berusaha menenangkannya dan membawa dia keluar untuk diberi ASI, namun setiap kali masuk dan duduk di sampingku menangis,” lanjutnya.

“Awalnya saya pikir ini karena banyak orang, maka anak jadi takut dan menangis, atau mungkin haus minta susu, atau mau minta ganti popok, namun kemudian saya merasa ada yang aneh karena setiap tenang di luar lalu masuk dan duduk di sampingku lalu menangis,” kisahnya.

“Saya tiba-tiba merasa sedih dan merasa sangat berdosa dengan Tuhan dan kepada isteri serta anakku, saya telah mengkhianati mereka,” lanjut bapak itu.

“Saya semakin merasa bersala, ketika saya gendong anak saya, dia begitu tenang, tidak menangis lagi, diam bahkan kemudian tertidur pulas di pelukanku,” kata bapak itu.

“Tuhan menggunakan tangis anakku untuk mengajakku meninggalkan dosa dan kedurhakaaku. Hari itu juga saya menerima Sakramen Rekonsiliasi, dan kembali sepenuhnya kepada Tuhan, isteri dan anakku. Saya percaya akan pengampunan dosa,” lanjutnya lagi.

Dalam bacaaan Injil hari ini kita dengar demikian.

Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu, yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?”

Jawab perempuan itu, “Tidak ada, Tuhan.”

Lalu kata Yesus, “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”

Kita semua pasti penah melakukan kesalahan dan dosa. Bahkan ada juga yang memiliki masa lalu yang kelam, karena melakukan kesalahan dan dosa.

Setiap dosa dan kesalahan selalu membawa makna indah bagi hidup kita, jika kita bisa merengkuh kesalahan yang pernah kita lakukan.

Sikap penolakan apalagi melarikan diri dari kesalahan hanya akan menciptakan luka dan kesalahan yang baru.

Allah adalah sumber kasih dan penuh kerahiman. Karena Allah yang begitu baik dan penuh cinta maka kita semua memiliki harapan dan masa depan yang cerah.

Allah tidak menghukum namun melimpahkan pengampunan.

Pengampunan Allah bukan hanya bisa tinggal di ranah pikiran, perasaan dan membuat hati kita tenang namun akan mengubah perbuatan, sikap dan jalan hidup kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani merangkul kesalahan dan masa laluku yang penuh kedurhakaan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here