Senin, 22 September 2025
Ezra 1:1–6.
Mazmur 126:1–6.
Lukas 8:16–18.
SERING kali kita berkata, “Nanti saja, kalau sudah lebih siap, kalau waktu luang sudah ada, kalau keadaan lebih baik,’ kata seorang bapak
“Dengan perkataan itu, saya sebenarnya sedang, menunda berbuat kebaikan, menunda menghibur sahabat, menunda mendoakan orang sakit, menunda mengampuni, menunda terlibat dalam pelayanan.
Karena sebenarnya saya tidak mau repot, tidak mau dikritik, tidak mau berkorban yang tampaknya sia-sia.
Padahal, setiap detik yang saya lewatkan tidak akan kembali. Terang yang seharusnya bercahaya hari ini bisa padam sebelum sempat menerangi siapa pun,” ujar bapak itu
Tuhan Yesus mengajak kita untuk menjadi terang sekarang. Terang tidak menunggu kondisi ideal. Lilin yang dinyalakan di tengah gelap langsung menyingkirkan kegelapan, walau hanya sebatang kecil.
Demikian pula hati yang rela berbagi kasih, walau sederhana, mampu menghangatkan jiwa orang lain.
Ketika kita menunda, bukan hanya kesempatan yang hilang, tetapi juga hati kita menjadi tumpul.
“Besok” sering kali hanyalah alasan untuk menolak panggilan saat ini. Kita tidak tahu apakah besok masih ada. Hari ini adalah anugerah, saat terbaik untuk menyatakan kasih Allah.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya.”
Yesus menggunakan gambaran yang sangat sederhana: pelita yang dinyalakan pasti diletakkan di tempat tinggi agar menerangi seluruh ruangan.
Tidak masuk akal menyalakan pelita lalu menutupinya. Demikian pula hidup kita. Ketika kita telah menerima kasih Allah dan kebenaran-Nya, itu bukan untuk disimpan atau disembunyikan.
Sering kali kita tergoda untuk “menaruh terang di bawah tempat tidur” karena rasa takut: takut dikritik, takut ditolak, atau merasa tidak layak.
Kita berpikir, biarlah imanku jadi urusan pribadi saja. Namun terang Kristus tidak dimaksudkan untuk rahasia. Terang ada supaya orang lain melihat jalan, supaya kegelapan terusir.
Terang itu bukan hanya kata-kata, melainkan juga tindakan: kejujuran dalam pekerjaan, kesabaran dalam keluarga, kepedulian pada yang tertinggal. Dunia mungkin tidak selalu mengapresiasi, tetapi terang sekecil apa pun tetap mengubah suasana.
Bagaimana.dengan diriku?
Apakah aku rutin memohon kekuatan dari Tuhan agar terang itu tidak padam?