Tercerai dan tersebar

0
313 views

“Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.” (Yoh 16,32) 

BEBERAPA waktu yang lalu, Mgr. V. Sensi Potokota memimpin Perayaan Ekaristi penutupan Pekan Komsos Nasional ke-4 di Katedral Kristus Raja Purwokerto dan menutup rangkaian acara dengan pemukulan gong tiga kali. Setelah itu, para peserta mengadakan ramah-tamah di Paschalis Hall dan akhirnya satu per satu, para peserta pulang ke tempat masing-masing. Selama sepekan, mereka menginap di tempat yang sama, serta bersatu dan bersama dalam berbagai kegiatan; hari ini mereka tercerai dan tersebar menuju ke tempat tinggal masing-masing.

Bersatu dan tersebar, bersama dan tercerai-berai adalah sebuah kenyatan yang dialami banyak orang. Ada saatnya sebuah keluarga berada dalam kondisi utuh anggotanya, yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak; bahkan juga ditambah kehadiran pembantu rumah tangga atau saudara lain. Kesatuan dan kebersamaan terlihat dengan jelas. Namun ada saatnya, keluarga tersebut berada dalam suasana sepi: pasangan hidup telah meninggal, anak-anak telah bekerja dan berumah tangga di kota lain, tinggal orang tua sendirian di rumah. Banyak orang muda tersebar dan tercerai berai ke berbagai pelosok kota dan banyak juga orang tua yang mengalami kesendirian di rumah. Banyak orang tersebar dan tercerai berai karena pendidikan, pekerjaan, jodoh atau alasan lain.

Para murid pun mengalami hal ini; mereka tidak lagi hidup dalam kebersamaan; mereka tercerai berai ke berbagai pelosok kota dan tempat, entah karena penganiayaan atau karena keinginan untuk mewarkan kabar gembira; entah tersebar sendirian atau bersama dengan teman. Kenyataan tersebar dan tercerai berai bisa membuat seseorang merasa sendirian; ditinggalkan oleh teman dan sahabat; sendirian memasuki suasana hidup yang baru. Orang bisa merasa takut dan tercekam dalam kesendiriannya; tetapi ada yang tetap tegar dan kuat, karena yakin bahwa mereka tidak sendirian, tetapi disertai dan dijaga oleh Allah. Sekalipun para murid tercerai berai, Sang Guru juga tidak merasa sendirian, karena yakin bahwa Bapa menyertai-Nya. Keyakinan yang sama mestinya juga ada di dalam diri para murid.

Dalam kenyataan apa, saya pernah tercerai dari kawanan dan berada sendirian? Betulkah sendirian? Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here