Terima Kasih Anak-anakku

0
4,749 views

“Lalu orang banyak membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-muridNya memarahi orang-orang itu.

Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.

Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil ia tidak akan masuk kedalamnya. Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tanganNya atas mereka Ia memberkati mereka.” (Markus 10:13-16)

Menjadi supir

Tak terasa sudah hampir 6 bulan aku menjadi supir. Pasti tidak pernah ada dalam pikiran kita, bahwa supir ada dalam cita-cita masa kecil kita. Dari TK sampai SMP aku bercita-cita jadi guru. Tapi biar pun sekolah menjadi guru dan sempat menjadi guru, ternyata aku tidak bisa berlama-lama menjadi guru sekolah. Entah kenapa, magnet setelah memiliki anak ingin mengasuh sendiri lebih kuat ketimbang aku harus mencari uang yang pastinya akan lebih baik untuk keluarga kami jika dua-duanya bekerja.

(*Kembali ke Cita-cita) Tapi dulu waktu kecil, aku selalu berpikir harus bisa setir mobil, karena dalam bayanganku, jika aku diculik oleh orang jahat, aku bisa melarikan diri dengan membawa mobil. Kalau diculik pakai motor, aku juga harus bisa setir motor. Kecuali diculik pakai pesawat, aku tinggal pasrah saja..hehehe..

Ternyata bisa setir mobil itu yang membawaku jadi supir antar jemput sekolah anakku. Dan ternyata jadi supir antar jemput anak TK itu luar biasa indahnya. Selama hampir 6 bulan ini, (minus 1 hari sakit, 1 hari ijin yang semuanya digantikan oleh suamiku), hari-hariku dipenuhi dengan tawa anak-anak, curhatan anak-anak, bahkan cemberutan anak-anak.

Dunia anak

Tawa anak-anak yang paling sering aku dengar di mobil. Namanya anak-anak pada dasarnya semua lucu,maunya bermain,maunya tertawa. Yang membuat mereka marah-marah,sedih, galak, adalah kita orangtuanya..mereka meniru kita dengan sangat baik. Anak-anak itu tidak pernah salah sebenarnya. Tapi sering mereka mendapat cap nakal, pemarah, jahil, karena ulah kita para orangtua. “Maafkan kami, ya Nak…Kalau kami cape, pusing mikir uang ini uang itu, kami memang bisa seperti monster…”

Curhatan anak-anak juga sering aku dengar dimobil. Serem ngga sih, ada salah satu anak di mobil,yang mengajukan pertanyaan,”Ayo, mama siapa yang paling galak??”  Lalu satu per satu anak-anak menyebutkan, bahwa mamaku suka beginiin aku, mamaku lebih galak lagi..sahut yang lain..Atau, “Ihh sekarang aku ngga suka sekolah, abis sekolahnya capee..belajarnya susah..”

Curhatan siang hari adalah curhatan yang paling menyayat hati. Biasanya kalau panas terik, sudah cape dari pagi belajar di sekolah, curhatan anak-anak bisa membuatku merasa belum banyak memberi cinta buat anak-anak,sehingga mereka mudah mengeluh.

Cemberutan anak-anak juga suka aku dapatkan. Biasanya ini masalah siapa yang lebih dulu diantar pulang. Mungkin karena sudah lelah, semuanya mau diantar duluan, padahal aku sudah berusaha adil, dengan gantian/rolling.Pernah waktu itu aku terpaksa merubah jalan, karena yang belakangan aku antar ternyata muntah di mobil, sehingga aku mendahulukan yang sakit,…yahh namanya anak-anak, JANJI adalah JANJI..kalau itu dilanggar, aku tidak dapat senyuman lagi…aduuhh aku paling sedih kalau dicemberutin anak orang…takut diamuk orangtuanya hihihihihi…

Cemberutan ini sebenarnya masih banyak. Ada yang ngeluh sering terlambat (padahal aku terlambat paling lama 5 menit) , aku terlambatpun biasanya karena ada anak yang sangat moody kalau pagi mau berangkat sekolah…Jadi harus nunggu dia kerjain PR (yang baru dikerjain pagi hari), nunggu dia ke warung dulu untuk jajan, dan lain-lain..

Nakal

Seperti banyak guru, biasanya murid yang paling “nakal/aneh2”, yang paling “disayang” hehehe..iya ngga sih?? Daffa adalah anak yang paling membuatku hhmmmm (awal-awal jd supir) emosi…Sebenarnya tidak emosi pada anaknya, tapi pada lingkungannya. Tapi bulan-bulan terakhir ini, aku punya perasaan beda terhadap Daffa. Dan aku merasa, dia mulai bisa tersenyum padaku. Dia mulai sering curhat, sekarang dia lebih senang duduk di samping saya, sebelumnya dia selalu duduk di paling belakang. Kalau aku tanya,”Daffa, apa kabar?” Sekarang dia menjawab saya,”Akhh Mama Arvind apaan sih..suka tanya-tanya gitu…aku baik, Mama Arvind..” (padahal dulu kalau aku tanya, atau sapa “Good morning, Daffa”, dia tidak menjawab)

Ada Jeje juga yang selalu menghibur dengan kelucuannya..Jeje sangat-sangat menghibur siang hariku (sekarang Daffa suka rebutan dengan Jeje, karena Jeje juga suka duduk di depan).  Ada Brian yang cerdas, kalau pagi dijemput dia langsung cerita,”Tante, aku kemarin habis belajar ini, aku kemarin abis jalan-jalan ke sini, aku punya buku/mainan ini…tidak pernah seharipun Brian diam jika disamping saya..). Brian juga satu-satunya anak yang memanggilku dengan sebutan “Tante” , sedangkan yang lain “Mama Arvind” 🙂

Sebenanrnya menjadi supir jemputan anak-anak TK perlu dibayar lebih hahahahaha…(karena ini bukan sekedar masalah jauh dekat ongkos bensinnya sejumlah berapa Rupiah…tapi ada unsurmomong disana..mungkin itu karena saya supir perempuan, punya anak pula, tidak tega mendiamkan anak yang bertanya padahal kita sedang konsentrasi di jalan).

Tapi ya dulu Arvind juga pernah ikut jemputan sekolah, aku merasa berat sekali bayar jemputan. Yahh namanya juga ibu-ibu, maunya yang murah dapat bagus hehehehe…

Tapi dari semua itu, aku paling berterimakasih pada anakku Arvind. Dia harus rela bangun pagi-pagi, supaya bisa berangkat ikut Mamanya mulai menjemput teman-teman sekolahnya. Arvind juga harus rela lebih lama sampai di rumah karena mamanya harus mengantarkan teman-temannya dulu, baru dia bisa pulang bersama mamanya.

Arvind itu kekuatanku. Dia pernah mengeluh cape, tapi dia tetap mau ikut mamanya,padahal aku juga bs antar dia pulang dulu. Suatu saat, jika dia besar aku akan bilang padanya bahwa Arvind dari TK sudah bisa bayar uang sekolah sendiri. Uang hasil antar jemput itu memang hasil keringat Arvind untuk membayar uang sekolahnya sendiri.Pada awalnya dengan 6 anak, hanya cukup untuk uang sekolah Arvind. Sekarang dengan  9 anak yang ikut antarjemput, Arvind sudah bisa membayar uang sekolahnya sendiri, uang ekskul futsalnya, dan untuk gaji asisten rumah tangga kami di rumah. Terima kasih ya Vind, sudah bekerja membantu mama dan papa.

Bulan depan aku memutuskan tidak antarjemput sekolah Arvind lagi. Alasannya tidak bisa kupaparkan disini. Notes ini kupersembahkan buat anak-anakku tersayang, yang sudah menceriakan hari-hari mama arvind selama 6 bulan ini. Semoga kalian semua menjadi anak-anak yang bahagia, ceria, dan selalu dilindungi Tuhan walaupun dunia kadang tidak menyenangkan. Jadilah juga anak pemaaf, karena kami orang tua juga manusia biasa sering berbuat salah dan khilaf.

Terima kasih anak-anakku…

salam sayang,

Mama Arvind

Pamulang,11 Mei 2011

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here