“The D-Train”, Rekonsiliasi Dua Kutub

0
1,260 views

JACK Black hadir sebagai tokoh utama dalam film The D-Train produksi Ealing Studios. Black memerankan Dan Landsman yang memiliki karakter yang menjengkelkan. Sebagai ketua panitia reuni ke-20 SMA-nya, Dan maunya menjadi pribadi yang super penting, didengarkan, dan dihormati. Ia merasa bahwa posisinya seharusnya membuat teman-teman dalam kepanitiaan menghormatinya. Tetapi faktanya, mereka cenderung bersikap dingin dan menghindari bersenang-senang dengannya.

Dalam rumah tangga, Dan memposisikan diri sebagai ayah yang sempurna kendati terlalu berlebihan dalam mengawasi anak lelakinya Zach (Russell Posner). Kepada istrinya Stacey (Kathryn Hahn), ia seolah-olah orang yang tahu segalanya. Namun di balik sikapnya yang demikian, Dan sebenarnya seorang yang kesepian, membutuhkan pengakuan, dan minder.

Dinamika setiap pribadi
Sangat mudah dianalisa kemudian mengapa Dan bersikap demikian. Ini dikarenakan ada dua kutub dalam dirinya yang berproses. Di satu sisi ia itu rendah diri, di sisi lain bagian ini ditutupi dengan sikap superior dengan merasa penting, bisa dan mengatur orang lain. Di satu sisi ia kesepian, tetapi sisi ini ditutupi dengan lawakan dan wajah cerianya.

Ngerinya, pribadi macam Dan ini mau melakukan apa saja untuk menghapus kutub yang selama ini mau ditutupi. Ia mengobral kepada panitia kalau ia bisa membawa Oliver Lawless (James Marsden), salah satu teman angkatan yang dianggap oleh Dan telah menjadi orang sukses karena membintangi iklan, ke acara reuni. Ia tega membohongi bos dan istrinya untuk mengejar ambisinya. Kemudian satu persatu persoalan datang akibat dari tindakan Dan tersebut.

Film The D Train menampilkan Black yang jago berlebay ria untuk menekankan dua kutub kepribadian yang harus direkonsiliasikan. Black memang berhasil memainkan perannya kendati terlihat berlebihan. Tetapi kadang kala orang membutuhkan figur yang bisa mengekspresikan dua kutub ini secara ekstrem dengan akibat yang fatal pula sehingga orang tidak perlu merasa malu dengan kenyataan dirinya masing-masing.

Dalam film selain Dan, Oliver pun memainkan peran yang serupa. Ia merasa dirinya bukan apa-apa. Ia hanyalah pecundang tetapi di hadapan Dan, ia berusaha menghadirkan dirinya yang menawan dan popular. Keduanya, Dan dan Oliver mungkin dijadikan personifikasi bagi para penonton yang dalam cara yang berbeda berjuang untuk merekonsiliasi dua kutub tersebut. Ada yang berhasil. Ada yang jatuh bangun. Ada yang gagal.

Komedi yang mengajar
Selama film berlangsung, penonton disuguhi komedi ala Jack Black (yang menjadi karakter Po dalam  “Kungfu Panda”, “Nacho Libre”, “Bernie” dan sang guru “School of Rock”). Penonton bisa menertawai Black tetapi sebenarnya tawa itu untuk diri sendiri. Hitung-hitung penonton bisa bercermin tentang dinamika kepribadian yang jarang disadari.

Film ini membawa penonton pada suatu konklusi yang sederhana. “Di mana kamu sekarang Dan?” demikian pertanyaan Stacey kepada Dan. Stacey menyentak suaminya untuk menyadari keadaan dirinya. Stacey mengajak Dan untuk hidup dalam kesadaran. Di atas semua kekeliruan yang pernah dibuat, Stacey ingin agar Dan sadar diri dan mengakui kutub yang selalu ditutupinya.

Oleh Oliver hal ini diangkat dengan kebesaran hatinya untuk datang kepada Dan. Ia meminta maaf atas perbuatan bodohnya dalam acara reuni yang mempermalukan Dan di muka umum. Oliver mengajak Dan untuk tidak memperumit situasi dengan tetap berkeras kepala menyembunyikan kutub itu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here