- Bacaan 1: Yes 50:4-9a
- Injil: Mat 26:14-25
Dalam masa Pra Paskah ini kita disuguhi sebuah film baru yang sangat menarik. “The Last Supper”, sebuah film hiburan dengan mengambil latar belakang kisah “Perjamuan Akhir” Tuhan Yesus bersama para murid-Nya.
Bagi saya, apa yang menarik dalam film tersebut adalah kisah pergulatan Yudas Iskariot.
Kisah itu seolah mendukung pemikiran saya bahwa Yudas Iskariot sebenarnya tidak membenci Yesus. Dia hanya gagal paham akan pemikirannya sendiri bahwa Yesus akan melawan penjajah Romawi membebaskan bangsa Yahudi. Yudas tidak pernah mengira bahwa Yesus justru akan ditangkap, disiksa dan dihukum mati.
Keimanan Yudas Iskariot sepertinya memang masih dangkal. Di saat teman-temannya sudah menyebut, “Bukan aku ya Tuhan?”.
Pemikiran Yudas terhadap Yesus masih pada level manusia, “Bukan aku ya Rabi?”
Penyesalan Yudas, ditunjukkan dengan menggantung diri.
Dalam “The Last Supper”, Tuhan Yesus tahu pasti apa yang akan terjadi. Tuhan bernubuat:
- Saat kematian-Nya hampir tiba
- Seorang murid-Nya yang akan berkhianat
- Ada atau tidak ada yang berkhianat, Keselamatan dari Allah tetap berjalan sesuai rencana-Nya (Mat 26:24)
- Yesus mengetahui siapa yang berkhianat, yaitu Yudas Iskariot (Mat 26:25)
Meski mengetahui apa yang akan terjadi, Tuhan Yesus tetap taat menjalani kisah sengsara-Nya. Karena itu adalah misi yang harus dijalankan-Nya, sebagai pengutusan dari Bapa-Nya. Apa yang dilakukan-Nya merupakan sebuah teladan sebagai “Hamba yang Setia”, seperti dinubuatkan oleh Nabi Yesaya.
“Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.
Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.”
Sebab Nabi Yesaya percaya bahwa Allah akan menolongnya keluar dari permasalahannya itu.
“Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.
Sesungguhnya, Tuhan ALLAH menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?…”
Pesan hari ini
“The Last Supper”, sebagai salam perpisahan-Nya kepada para murid.
Berserah pada Tuhan dan setia menjalani panggilan akan membuatmu berani menghadapi segala pencobaan sebab Tuhan senantiasa menolongmu, seperti yang dinubuatkan Nabi Yesaya.
“Hanya kesetiaan pada prinsiplah yang akan memanggil kesetiaan-kesetiaan terbaik lainnya.”