The Point of No Return

0
404 views
Ilustrasi - Mendaki puncak gunung (Ist)

Bacaan 1: Kis 13:26 – 33
Injil: Yoh 14:1 – 6

PENGALAMAN pertamaku mendaki gunung adalah Gunung Sumbing. Saat itu, aku mendaki bersama teman-teman SMA de Britto yang sudah pengalaman.

Tentu saja sangat tersiksa, karena harus mengimbangi kecepatan jalan mereka.

Separuh perjalanan sudah terasa berat, namun aku tidak bisa kembali turun sendirian. Kami melakukan pendakian tengah malam.

Jelas tak mungkin aku pulang turun, selain tidak tahu jalan namun juga gelap gulita.

”There is a point of no return”, aku harus tetap jalan naik ke puncak bersama teman-teman.

Mereka terus menyemangatiku, sehingga aku merasa tidak sendirian. Mereka ada bersamaku menemani hingga sampai ke puncak Gunung Sumbing pada pagi hari.

Terbayar sudah ketersiksaan semalam.

Tuhan Yesus menjanjikan penyertaan hingga garis finis yaitu kehidupan setelah mati. Ia tidak pernah membiarkan kita para murid-Nya berjalan sendirian, sebab kita tidak tahu jalan kesana tanpa bimbingan-Nya. Paling tidak itulah yang diucapkan St. Thomas.

Tuhan bahkan menyiapkan tempat VIP di surga, yaitu rumah Bapa-Nya.

“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ.”

Para murid telah diutus untuk menjadi saksi-Nya. Mereka telah memberi komitmen untuk terus mewartakan Kebangkitan-Nya.

Bagi Paulus, setelah dipertobatkan Tuhan dan diutus menjadi saksi-Nya, maka tidak ada jalan kembali baginya ke masa lalu menjadi penganiaya murid-murid Kristus.

Dalam perjalanan misi pertamanya, Paulus berkesempatan kotbah pertamanya di Antiokhia Pisidia.

Ia memulai kotbah dari pengutusan Yohanes Pembaptis dan menekankan pada penderitaan Kristus.

Hal ini menjadi kegagalan umat dan pemimpin Yahudi di Yerusalem untuk mengakui-Nya.

Namun sekaligus menjadi penggenapan nubuat para nabi seperti yang mereka baca setiap Sabat.

Pesan hari ini

Tuhan senantiasa menemani perjalanan hidup kita, bersama-Nya kita tidak akan tersesat. Sebab Dia-lah jalan dan kebenaran dan hidup.

Jadi, kenapa harus kembali ke masa lalu?

Kita diutus pergi menjadi saksi-Nya, mari kita bersaksi.

“Berjalanlah sesuai dengan kata hatimu, selagi masih dijalan yang benar. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here