Tidak Perlu Jatuh Sendiri, Belajarlah dari Kejatuhan Orang

0
508 views
Ilustrasi: (Ist)

Senin, 11 Oktober 2021

Rm. 1:1-7.
Mzm. 98:1-4.
Luk.11:29-32

BELAJAR dari pengalaman adalah sesuatu yang baik. Tetapi akan lebih baik lagi, jika kita bisa belajar dari pengalaman orang lain.

Sering kali kita harus jatuh bangun untuk menemukan kebijaksanaan hidup. Padahal jika saja kita lebih peka dan mau dengan rendah hati menaruh mata hati atas apa yang terjadi dengan sesama, kita tidak perlu berdarah-darah untuk memperoleh kebijaksanaan hidup.

“Saya bersyukur bahwa boleh ikut dalam pelayanan di lapas ini,” kata seorang teman.

“Apalagi jika mendengar syering mereka. Baik sebelum masuk lapas ini, maupun setelah di dalam lapas. Untuk menjalani waktu yang panjang, sepi, dan penuh keterbatasan,” lanjutnya.

“Dari mereka saya belajar, antara lain:

  • Tanggungjawab serta konsekuensi dari perilaku hidup ini.
  • Adaptasi dengan kenyataan hidup yang sebelumnya tidak pernah dicita-citakan.
  • Situasi dan kondisi yang pahit dengan segala persoalan dan dinamikanya yang tiba-tiba harus dihadapi.
  • Solidaritas nyata dengan kawan dalam situasi batas.
  • Cara menumbuhkan harapan dalam tembok dan jeruji besi,” kata temenku itu.

“Ujung dari lorong sunyi di tempat itu adalah pertobatan pribadi, namun sangat sulit dihidupi,” lanjutnya.

“Kepahitan dan kesusahan atas hilangnya harga diri akan bisa ditanggung, jika tetap bisa memelihara api harapan,” ujarnya.

“Melayani mereka yang sedang dalam pergulatan seperti itu adalah pendidikan batin yang bisa saya petik,” katanya lagi.

Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar, “Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus.

Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.”

Pertobatan adalah tujuan dari setiap pengutusan.

Yunus diutus untuk mewartakan pertobatan kepada warga kota Niniwe.

Mereka percaya akan pewartaan Yunus dan bertobat. Allah pun membatalkan malapetaka yang dirancang untuk ditimpakan ke atas penduduk Niniwe.

Kristus mengingatkan bahwa Yunus telah menjadi tanda bagi orang Niniwe, dia menjadi tanda keselamatan. 

Maka orang Farisi dan Ahli Taurat diminta untuk belajar dari Yunus dan sikap tobat penduduk Niniwe serta keterbukaan hati mereka pada suara nabi Yunus.

Pertobatan penduduk Niniwe telah menggerakkan kerahiman Allah hingga mereka diselamatkan.

Bagaiman dengan diriku?

Apakah aku bisa dengan rendah hati belajar dari kegagalan dan keberhasilan orang lain?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here