Minggu, 2 November 2025
2Mak. 12:43-46.
Mzm. 143:1-2,5-6,7ab,8ab.10; 1Kor. 15:20-24a.25-28.
Yoh. 6:37-40
PEPATAH Latin mengatakan: “Hodie mihi, cras tibi” hari ini saya, besok Anda.
Ungkapan ini mengingatkan kita akan kenyataan bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan semua orang.
Tidak seorang pun bisa menghindarinya. Tetapi justru di sana letak kebijaksanaan iman: menyadari kefanaan hidup membuat kita hidup lebih bermakna, lebih siap untuk kembali kepada Tuhan setiap saat.
Kematian sering dipandang sebagai akhir, sebagai pemisah antara yang hidup dan yang telah tiada. Namun bagi orang beriman, kematian bukanlah penutup, melainkan pintu menuju kehidupan yang kekal, sebuah anugerah dari Allah sendiri.
Kristus menjadi jembatan yang menghubungkan kedua sisi kehidupan ini, dunia yang fana dan kehidupan kekal di surga. Melalui wafat dan kebangkitan-Nya, Ia telah mengubah makna kematian.
Dulu kematian berarti akhir dan kehilangan, kini menjadi pintu masuk menuju kepenuhan kasih Allah. Dengan demikian, kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan, melainkan perjumpaan penuh cinta dengan Sang Pencipta.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”
Inilah janji kasih yang menenteramkan hati: Allah tidak ingin satu pun dari kita binasa.
Ia menghendaki agar semua orang yang telah diberikan kepada Kristus tetap tinggal dalam kasih-Nya dan akhirnya dibangkitkan pada akhir zaman. Kehendak Allah bukanlah menghukum, melainkan menyelamatkan.
Kita sering kali merasa lemah, jatuh, atau bahkan tersesat dalam perjalanan hidup. Namun di balik kelemahan itu, Yesus tetap menjadi Gembala yang mencari domba yang hilang.
Ia tidak rela kehilangan satu pun dari mereka yang telah diserahkan oleh Bapa kepada-Nya. Kasih-Nya tidak pernah lelah memanggil, menuntun, dan menantikan pertobatan kita.
Kata-kata Yesus ini juga menyingkapkan betapa besar kesetiaan dan tanggung jawab-Nya terhadap kita. Ia tidak hanya menebus, tetapi juga memelihara dan menjamin hidup kita hingga kebangkitan kekal.
Kasih-Nya bukan cinta sesaat, melainkan janji yang mengatasi waktu dan kematian. Kasih itu menuntut tanggapan. Kita dipanggil untuk tinggal di dalam Kristus, agar tidak hilang dari jalan keselamatan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku sungguh percaya bahwa Tuhan tidak akan membiarkan aku hilang dari kasih-Nya?


