Tinjauan Filosofis: Cinta, Mediasi Reminisensi Relasi Hidup Manusia (1)

0
242 views
Ilustrasi - Cinta damai dan upayakan perdamaian. (Ist)

Abstrak

Fokus tulisan ini menggali fisafat cinta menurut perspektif Armada Riyanto.

  • Cinta merupakan kehidupan hakiki dalam diri manusia. Cinta sebuah wadah solusi dalam mengatasi persoalaan atas eksistensi manusia itu sendiri.
  • Cinta sebagai instrumen relasi antara sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Realitas hidup manusia tidak terlepas dari cinta.
  • Cinta itu menjadi fondasi dalam dirinya sebagai mahkluk yang memiliki akal budi.
  • Cinta itu memiliki kekuatan dahsyat menembus ruang dan waktu.

Tujuan penulisan ini untuk mengetahui bahwa cinta itu sangat penting dalam relitas kehidupan manusia. Metodologi penulisan ini menggunakan kepustakaan.

Manusia memahami arti dan makna dari cinta itu serta mengenal dinamika kehidupannya sebagai mahkluk sosial.

Menurut Armada Riyanto cinta itu yang dirindukan oleh semua orang dan cinta itu identik dengan kehidupan itu sendiri. Penulis mengatakan cinta merupakan kodrat manusia yang mampu menembus skeptisme. Tawaran dari penulis kepada kita sebagai manusia berakal budi agar lebih memandang cinta sebagai pedomaan mencintai sesama serta mengaplikasikan cinta itu dalam kehidupan konkret.

Pendahuluan

Realitas hidup manusia sungguh sangat tidak terlepas dari dunia cinta yang menjadi suatu landasan dasar untuk mengenal satu akan yang lain dalam sebuah himpunan baik itu dalam komunitas masyarakat atau pun dalam himpunan organisasi-organisasi tertentu.

Cinta itu hadir sebagai mediasi atau perantara dalam kehidupan manusia di setiap perjumpaan antara satu dengan yang lain. Manusia semestinya harus benar-benar sadar bahwa kehadiran cinta dalam hidup sangat membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi manusia itu sendiri baik dari sisi psikologis atau pun dari sisi biologis.

Hakikat cinta dalam diri manusia menjadi tanda yang sangat tertinggi bahwa manusia itu merupakan pribadi yang memiliki martabat yang luhur.

Tulisan Armada Rianto (2013, p.159) mengatakan, cinta itu suatu yang dirindukan oleh semua orang. Artinya bahwa cinta itu sangat bararti dalam realitas kehidupan manusia sebagai mahkluk peziarah menuju cinta itu sendiri (p. 55).

Cinta itulah sesunggunya kehidupan yang harus dimiliki oleh manusia tanpa cinta manusia sesunguhnya hidup dalam kematian. Kematian artinya bukan mati secara jiwa dan raga, melainkan manusia itu mati dalam kehampaan akan pengalaman cinta terhadap dirinya sendiri dan bersama dengan orang.

Cinta menjadi ujung tombak atau jantung manusia untuk membanggun komunikasi secara interpersonal dan meruntuhkan tembok-tembok pemisah antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain.

Cinta itu mesti dirawat diberi asupan gizi dengan cara menjaga segala sikap pribadi sebagai manusia yang hidup saling berdampingan.

Cinta itu menjadi harmonis dan memiliki makna, karena pemilik cinta mampu menyikapi segala persoalaan hidupnya dengan penuh tanggungjawab tanpa membebani orang lain yang ada disekitarnya.

  • Manusia harus bertanya apa itu cinta?
  • Mengapa cinta itu sangat berarti dalam pergumulan hidup manusia?
  • Lalu bagaimana manusia itu menyikapi dan mengaplikasikan cinta itu dalam kehidupannya?

Penulis menyampaikan kepada kita bahwa sesungguhnya manusia itu perlu mengkritisi ontologi cinta itu dalam relitas kehidupan manusia.

Definisi cinta

Menurut Kamus Filsafat (Bagus 2002, p.140), kata “cinta” berasal dari bahasa latin dan dari bahasa yunani. Cinta dalam bahasa latin adalah amor, sedangkan caritas adalah jenis cinta berlandaskan pada hasrat dan keinginan dari manusia. Cinta dalam bahasa Yunani adalah philia, eros dan  Agape.

Cinta agape dan caritas merupakan cinta yang bersifat universal. Artinya cinta yang mengedepankan rasa kebersamaan dan persatuan untuk membanggun sebuah wadah cinta sejati. Para filsuf mengartikan cinta serta konsep cinta dalam kehidupan manusia menurut pandangan mereka masing-masing.

Menurut Plato, cinta itu sebuah keindahan dan memiliki bentuk yang sempurna serta sifatnya  abstrak. Artinya bahwa cinta itu sifatnya tidak tetap pada pendiriannya.

Menurut Aristoteles, cinta adalah ketuhanan yang sifatnya mutlak dan sempurna. Aristoteles juga mengembangkan paham tentang cinta itu sebagai persahabatan dalam konteks ini persahabatan yang positif mampu membantu manusia untuk bertumbuh sebagai mahkluk sosial.

Thomas Aquinas memandang cinta itu sebagai  hasrat dan  keinginan serta kehendak dalam konteks ini merujuk pada manusia menjadi warisan cinta itu. Menurutnya, caritas adalah cinta adikodrati.

Menurut Spinoza cinta secara ratio kepada Tuhan adalah wujud tertinggi dalam kehidupan manusia artinya bahwa cinta menurutnya hanya dipandang dari sisi akal budi saja.

Menurut Malebranche dan Norris cinta agape sebagai piranti yang menghubungkan manusia dengan Allah (Bagus 2002, p. 141).

Menurut Armada Riyanto (2013, p. 157), cinta merupakan sebuah yang dirindukan oleh semua manusia bahkan cinta itu adalah kehidupan. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here