Tunggu Dulu, Benarkah Itu “Stigmata”?

0
12,985 views
Stigmata pada Padre Pio di awal abad ke-19. (ist)

SEPANJANG hari Selasa tanggal 24 April 2019 kemarin, di jalur medsos diramaikan berita tentang “penampakan” fenomena stigmata yang terjadi pada salah satu kolega frater Ordo Fransiskan Kapusian (OFMCap) di Biara Alverna, Sinaksak, Pematang Siantar, Sumut.

Stigmata adalah penampakan luka-luka pada sejumlah titik di tubuh, persisnya di bagian-bagian tubuh di mana dahulu Yesus merasakan penderitaan fisik karena proses penyaliban. Maka luka-luka itu terjadi dan nampak di:

  • Bagian dalam permukaan tangan (karena dipaku).

Dalam tradisi sejarah iman Kristiani (baca: Katolik), tidak banyak Orang Kudus (Santo-Santa) yang menerima ‘anugerah’ berupa penampakan stigmata tersebut karena kesucian hidupnya sebagai orang Katolik.

Salah satu Santo yang menerima ‘anugerah’ penampakan stigmata adalah Padre Pio. Ia selalu menerima penampakan luka-luka Yesus itu di tangannya.

Terlahir dengan nama Francesco, namun kemudian lebih dikenal sebagai Padre Pio. Nama “Pio” melekat padanya, setelah Francesco menerima Sakramen Imamatnya di tahun 1910 dan ditahbiskan menjadi imam.

Kurun waktu di awal abad 20-an itulah, Padre Pio sering menerima ‘anugerah’ stigmata atas upayanya melakoni hidup baktinya sebagai imam yang suci dan taat.

Padre Pio. (Ist)

Kasus “stigmata” di Biara Alverna

Sekarang, kita mesti bertanya apakah benar-benar penampakan fisik berupa sejumlah luka yang terjadi pada seorang frater Kapusin di Sinaksak itu termasuk kategori “stigmata” atau bukan?

Sebelum ada deklarasi resmi dari Otoritas Gereja Katolik, maka persepsi bahwa itu “stigmata” sebaiknya ditangguhkan.

Perlu waktu lama dan diskresi mendalam untuk menentukan kebenarannya atau malah penyagahannya.

Hati-hati menyikapinya

Berikut ini sedikit informasi yang disampaikan oleh Romo Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Medan Romo Michael Manurung OFMCap guna merespon maraknya informasi simpang siur yang menyesakki layar HP di jalur medsos sepanjang hari Selasa hingga Rabu (25/4/19) siang ini.

Ilustrasi: Drama penyaliban Yesus pada hari Jumat Agung 19 April 2019. (Romo Suhud SX)

Frater Kapusin yang dikabarkan menerima ‘anugerah’ berupa “stigmata” itu bernama Fr. Mt dan tinggal di Biara Alverna Sinaksak.

Fr. Mt berasal dari Flores dan ia adalah anggota Ordo Kapusin Propinsi Pontianak.

Ia pernah menjadi rahib pertapa di Pertapaan St. Maria Rawaseneng dan kemudian dikirim ke Biara Trappist sebentar di Negeri Belanda. Umurnya sekitar 30 tahun.


Fenomena fisik yang dia alami sebagai berikut:

  • Sekitar mata merah: kadang terjadi, kadang normal.
  • Telapak tangan dua-duanya memang sering luka berdarah dan biasanya kemudian diplester putih.
  • Tentang fenomena fisik tersebut, Pastor Gonzales OFMCap yang menjadi pendamping unit frater tersebut ikut menyaksikannya.
  • Tentang penampakan di bagian kaki dan sekitar perut, Romo Vikjen KAM belum bisa berkomentar apa-apa. Romo Gonzales OFM juga belum masuk ke kamarnya.
  • Sebagai pertimbangan disampaikan bahwa masalahnya bukan soal “tertarik” apa tidak, melainkan agar Fr. M lebih fokus pada tugas studinya yakni belajar filsafat dan teologi sebagai syarat menjadi imam dan ditahbiskan.
  • Kami, para staf Biara Alverna, mengambil sikap bahwa tentang hal-hal ini kami harus bersikap hati-hati dan tidak perlu mengumbarnya keluar.
  • Ada waktu yang tepat untuk membuktikan apakah semua itu merupakan pengalaman rohani atau ada hal-hal lainnya.

Sebagai “imbauan umum”, Vikjen Keuskupan Agunng Medan Romo Michael Manurung OFMCap berharap agar kita sebagai Umat Katolik tidak serta-merta menyimpulkan bahwa itu benar-benar stigmata.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here