Turne Kunjungi Umat Katolik di Pedalaman Sumsel: Membangun Asa di Pasang Surut (2)

0
907 views
http://www.sesawi.net/2017/10/25/keuskupan-agung-palembang-para-imam-diosesan-susuri-sungai-musi-menuju-pasangsurut/

CUACA terasa sangat panas, matahari terik bersinar. Angin seolah enggan berhembus. Baru empat hari hujan tak datang, tapi di mana-mana sudah tampak kering dan gersang. Ketika kendaraan melintas maka segera debu pekat berterbangan.

Itulah gambaran suasana yang  terjadi di Purwodadi, Jalur 20, Kec. Muara Padang, Kab. Banyuasin Sumatera Selatan pada hari Rabu (25/10).

Wilayah Pasangsurut atau Parut

Secara umum,  orang mengenal daerah ini sebagai wilayah  Pasangsurut atau disingkat Parut. Pasangsurut merupakan sebuah wilayah pemukiman transmigrasi yang di dominasi daerah rawa, berada di sekitar aliran Sungai Musi, tak jauh dari muara yang mengarah ke Selat Bangka.

Baca juga:  Keuskupan Agung Palembang: Para Imam Diosesan Susuri Sungai Musi menuju Pasangsurut (1)

Sebagian besar penduduk daerah ini merupakan pendatang dari Pulau Jawa yang mengikuti program transmigrasi pada era pemerintahan Presiden Soeharto, sekitar tahun 1980-an.

Gereja Paroki di Pasangsurut, Banyuasin, Sumsel. (Romo Titus Jatra Kelana/KaPal)

Menurut cerita, tidak semua transmigran bertahan di tempat baru tersebut. Banyak penduduk yang tidak tahan dengan kondisi yang ada pada masa itu, seperti tidak ada jaringan listrik, tidak ada air bersih, transportasi yang terbatas hanya melalui perairan, situasi ekonomi tampak tak kunjung membaik, tanaman yang diusahakan tak juga tumbuh dan berkembang akhirnya membuat sebagian memilih menjual ladang dan tanah pekarangan mereka lalu kembali ke kampung halamannya atau berpindah ke daerah lain.

Mereka yang masih bertahan di Pasangsurut kini terus berjuang mencukupi kebutuhannya dengan menanam jagung, padi, ubi, karet dan kelapa sawit. Memang, tidak semua lahan yang ada bisa diolah menjadi tempat bercocok tanam, tanah yang lembab, asam dan berair kadang menjadi kendala bagi para petani.

Di daerah ini air berwarna cokleat, air tanah rasanya asam dan air sungai rasanya asin sehingga keduanya tak layak konsumsi. Maka tak heran jika air hujan menjadi sumber air bersih utama yang berharga dan bernilai tinggi.  Untuk mengatasi kesulitan air bersih, maka di atap rumah-rumah penduduk tampak terpasang talang-talang air berukuran relatif besar yang terhubung ke bak penampungan.

Puluhan tahun berlalu, situasi pun mulai berangsur tampak memberi harapan. Kini, tiang-tiang listrik berdiri kokoh dengan kabel-kabel yang setia  mengaliri listrik ke rumah-rumah penduduk meski kadang masih sesekali byar pet, jalan darat dari Kota Palembang menuju sejumlah tempat di Pasangsurut pun sudah dibangun dan tersambung meski belum seluruhnya layak, lubang-lubang menganga tanpa pilihan di banyak titik siap menggoyang pelintas bahkan tak jarang ketika musim hujan tiba pelintas pun harus berjuang ekstra berjam-jam menaklukkan jalanan licin dan berlumpur.

Jaraknya yang tak begitu jauh dari Selat Bangka membuat perairan di daerah ini memiliki jadwal rutin mengalami pasang dan surut seturut pasang surutnya air laut. Saat pagi hari, siang dan sore masyarakat di sekitar perairan selalu dimanjakan dengan deru mesin-mesin bermerk Johnson atau Yamaha yang menempel erat di belakang speed boat.

Saat malam tiba, air biasanya surut. Saat inilah ketek atau kapal kayu dengan mesin bermerk Dong Feng atau Yanmar yang berjalan pelan, perlahan memasuki kanal-kanal sempit yang di beberapa tempat terdapat jembatan beton. Adanya jembatan beton membuat ketek tak bisa melintas di saat air sedang pasang.

Benih iman katolik

Di sini benih iman pun telah tertabur, sebagian tumbuh, sebagian layu dan sebagian mati. Paroki Allah Mahamurah yang kini dilayani oleh para imam Kongregasi imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ) menjadi tanda benih yang tertabur itu tumbuh dan berbuah. Para imam berjuang mengunjungi dan melayani umat di seluruh wilayah reksa pastoral, speed boat maupun motor trail siap mengantar sampai ke tujuan.

Permukiman umat katolik di tepi kawasan aliran Sungai Musi di Pasangsurut, Banyuasin, Sumsel. (Romo Titus Jatra Kelana Pr/KaPal)

Selain berdiri Gereja Paroki Allah Mahamurah, di sini pun berdiri Klinik Pengobatan Charitas yang dikelola oleh para biarawati Kongregasi Suster Fransiskus Charitas, Panti Asuhan St. Maria, Biara St. Clara, Koperasi Karyawan Pansos “Setia Kawan” dan kantor Yayasan Sosial Pansos Bodronoyo Unit Purwodadi.

Semua ini menjadi tanda kemurahan hati Allah yang tanpa batas bagi masyarakat di tempat ini.

Inilah sekelumit potret indah penuh asa di tanah bertuah bernama Pasangsurut, Sumatera Selatan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here