Uji Nyali di Keuskupan Ketapang

0
656 views
Ilustrasi: Kondisi jalan utama di pedalaman Ketapang by Sr. Elisa Petra OSA

DUA orang frater muda calon imam diosesan Keuskupan Ketapang di Provinsi Kalbar ini mengaku suka naik motor.

Ke mana pun harus pergi, mereka menyatakan siap jalan.

Hujan dan panas tak jadi masalah. Benar-benar, bahkan kalau perlu, ya harus berani “bonek” – modal nekat. Yang seperti ini, praktis semangat “bonek” dimiliki oleh semua frater, imam, suster, dan bruder yang berkarya di wilayah pastoral Keuskupan Ketapang, Kalbar.

Ilustrasi: Perjalanan menantang dtempuh oleh Fr. Francesco Agnes Ranubaya di Paroki Tumbang Titi, Keuskupan Ketapang, Kalbar.
Francesco Agnes Ranubaya, calon imam diosesan Keuskupan Ketapang di Provinsi Kalbar. (Dok. Sesawi.Net)

Apalagi, kalau bukan perkara tantangan alam -terutama akses transportasi- yang hingga kini belum sesuai harapan semua orang.

Wilayah pastoral Keuskupan Ketapang hingga saat ini masih saja tetap miskin jalan beraspal mulus.

Hingga tak ayal, ke sudut-sudut wilayah udik di seluruh penjuru Keuskupan Ketapang di Provinsi Kalbar ini, sering kali hanya ada dua pilihan moda transportasi.

Sekali waktu bisa menikamti jalan beraspal. Namun tidak lama, karena terbatas. Lalu harus berani melewati jalan kategori “off-road” melalui apa yang disebut “jalan perusahaan”, “jalan bauksit”.

Juga sesekali harus berani melewati miting -jembatan darurat dari tumpukan kayu- dan aliran sungai.

Jiwa orang muda

Inilah khas jiwa orang muda. Kedua frater calon imam praja Keuskupan Ketapang ini adalah Fr. Agnes Ranubaya dan temannya satu angkatan Fr. Reginald suka banget “mengukur” jalan.

Fr. Agnes Ranubaya berasal dari Pontianak; sebelum masuk mau jadi calon imam diosesan Keuskupan Ketapang, alumnus sebuah perguruan tinggi di Pontianak ini terlebih dahulu menjadi guru SD di Persekolahan Suster KFS di Merdeka, Pontianak.

Fr. Reginald Siddharta asal Keuskupan Bogor dan alumnus Fakultas Hukum Unika Atma Jaya Jakarta (2017), calon imam Keuskupan Ketapang, Kalbar.

Sedangkan Frater Reginald Siddharta berasal dari Bogor, Jawa Barat.

Ia merampungkan kuliah hukum di Unika Atma Jaya Jakarta tahun 2017 lalu. Ketika sudah berumur 27 tahun, Reginald Siddharta malah memutuskan ingin menjadi imam diosesan Keuskupan Ketapang.

Usai lulus, ia pernah menjalani beberapa tahun bekerja di Jakarta. Baru kemudian, meninggalkan seluruh hidup masa lalunya dan kemudian melakoni hidup sebagai frater calon imam diosesan Keuskupan Ketapang.

Bersama para calon imam diosesan Keuskupan Ketapang, ia lalu melakoni satu tahun hidup sebagai seminaris tahun rohani di Seminari Menengah Santo Laurensius Ketapang, Kalbar.

Keduanya kini tengah kuliah filsafat dan teologi di STFT Widyasasana Malang, setelah sebelumnya melakoni satu tahun formatio awal sebagai calon frater di Seminari Tahun Rohani di Seminari Menengah Santo Laurensius di Payakkumang, Kota Ketapang, Kalbar.

Sekarang ini, kedua frater calon imam ini tinggal di Seminari Tinggi Interdiosesan “San Giovanni XXIII” di Malang – tempat mereka tinggal bersama para frater calon imam diosesan dari delapan keuskupan se Kalimantan.

Plus frater lain dari Keuskupan Denpasar dan Keuskupan Malang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here