好人有好报. Hǎo rén yǒu hǎo bào. Orang baik akan menerima balasan yang baik
DI ruang belajar bergaya Tionghoa dengan ornamen kaligrafi. Mama Phei duduk di kursi kayu, tiga muridnya duduk melingkar.
Mama Phei: Anak-anak, hari ini kita bahas pepatah Jawa: “Urip jujur ben ora kojur, urip apik ben dadi becik”. Mulyadi, sebagai pemerhati Jawa, tolong jelaskan makna dasarnya.
Mulyadi: (Bersemangat) “Urip jujur biar tidak tersesat, hidup baik biar menjadi baik”. Ini prinsip hidup orang Jawa yang sangat sederhana namun dalam. “Ora kojur” berarti tidak tersesat dari jalan benar.
Yacintha: Tapi Bu, dalam praktiknya kan tidak semudah itu. Seringkali orang jujur justru disakiti. Bagaimana menjelaskan ini?
Dyah: Saya setuju dengan Yacintha. Realitanya, banyak orang baik justru mendapat cobaan berat.
Mama Phei: (Tersenyum bijak) Mari kita kupas dengan beberapa perspektif. Mulyadi, ada pepatah Jawa lain yang relevan?
Mulyadi: Ada, Bu. “Aja dumeh” – jangan mentang-mentang. Jangan karena merasa jujur lalu sombong, atau karena berbuat baik lalu mengharap imbalan.
Yacintha: Dalam iman Katolik, Roma 12:21 mengingatkan: “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan.” Ini senada dengan “urip apik ben dadi becik”.
DYAh: “Dan katakanlah: Ya Tuhanku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah aku secara keluar yang benar.” Ini tentang permohonan agar tetap pada jalan lurus – “ora kojur“.
Mama Phei: Bagus! Sekarang saya tambahkan perspektif Tionghoa. Ada pepatah: “Hǎo rén yǒu hǎo bào” – orang baik akan mendapat balasan baik. Ini sejalan dengan “urip apik ben dadi becik”.
Mulyadi: Tapi Bu, bukankah dalam kenyataan sering terlihat sebaliknya? Orang jujur justru tertindas?
Mama Phei: Inilah yang provokatif. “Ora kojur” bukan berarti tidak pernah menghadapi kesulitan, tetapi tidak tersesat dalam makna hidup. “Dadi becik” bukan sekadar sukses materi, tetapi menjadi pribadi yang utuh.
Yacintha: Jadi maksudnya, kejujuran adalah kompas yang membuat kita tidak tersesat meski jalan berliku?
Dyah: Dan kebaikan adalah bekal untuk sampai ke tujuan yang benar?
Mama Phei: Tepat. Mari kita simpulkan:
- Jujur sebagai penuntun – membuat kita “ora kojur”.
- Baik sebagai tujuan – mengantarkan menjadi “becik”.
- Iman sebagai penguat – dari ayat suci masing-masing.
- Kearifan sebagai penyeimbang – dari pepatah Jawa dan Tionghoa
Mama Phei: Jadi, apakah kalian masih ragu dengan kekuatan kejujuran dan kebaikan?
(Ketiga murid terdiam, merenungkan kedalaman makna yang terungkap dalam dialog tersebut.)



