KONSILI Vatikan II telah secara radikal merombak persepsi dan pengertian mendasar atas dirinya sendiri.
Demikian pendapat Uskup Keuskupan Agats di Asmat, Papua: Mgr. Aloysius Murwito OFM.
Menurut Mgr. Murwito OFM, Konsili Vatikan II bicara tentang banyak hal. Namun, satu hal yang membuat dia sungguh tertarik untuk bicara kepada khalayak ramai kali ini adalah poin penting yang satu ini.
Gereja adalah persekutuan umat beriman kepada Allah
Yakni, Konsili Vatikan II yang berlangsung kurun waktu 1962-1965 itu telah membiarkan Gereja boleh “bicara” tentang dirinya sendiri.
Dalam refleksi-refleksi bersama itulah, akhirnya Gereja menemukan “ciri” barunya.
Bukan lagi seperti yang dulu sering digambarkan sebagai piramida di mana yang berada dan duduk di bagian atas adalah hirarki: Paus, Uskup, dan para klerus.
Melainkan, kata Mgr. Murwito, “Gereja Katolik adalah kita semua.”
Artinya, kita semua dipanggil untuk terlibat mengurusi segenap umat beriman kepada Allah itu. Berkiprah dan mengerjakan hal-hal baik sesuai dengan kapasitas diri masing-masing.
Teologi proyek
Untuk itulah, jelas Uskup Mgr. Murwito OFM, beliau sangat bangga pernah kuliah filsafat dan teologi di IFT IKIP Sanata Dharma (sekarang Fakultas Teologi Sanata Dharma).
Karena di situlah, para mahasiswa pada zaman itu mulai belajar teologi; bukan mulai dari dokumen-dokumen gerejani, tapi mengambil bahan-bahan dari lapangan untuk kemudian direfleksikan dan diteropong secara teologis biblis berdasarkan dokumen-dokumen gerejani.
“Kami mengenalnya sebagai kuliah teologi proyek,” ungkap Mgr. Aloysius Murwito OFM.
Kredit: Mgr. Aloysius Murwito OFM, Uskup Keuskupan Agats di Asmat, Papua.