Kamis, 6 Mei 2021
Bacaan I: Kis 15:7-21
Injil Yoh 15:9-11
“SAYA ingin ke rumah kakak. Saya ingin ke rumah kakak. Saya ingin ke rumah kakak,” kata seorang bapak mengulang terus kalimat yang sama.
“Iya, nanti kita ke rumah kakak,” kata isterinya dengan sabar.
“Sejak bapak itu kecelakaan waktu mengendarai motor dan terjadi gegar otak, hidupnya seperti anak-anak,” kata tetangganya.
“Padahal dia waktu sehat, sering marah dan menipu kakaknya. Bahkan kakaknya sering dibohongi, termasuk soal warisan,” kata tetangga yang lain.
“Namun kakaknya tetap baik padanya. Tidak pernah membalas kejahatan adiknya,” kata tetangga yang bicara pertama tadi.
“Seperti Tuhan mau menunjukkan pada keluarga itu, bahwa harta benda dan semua hal yang didapat dengan cara yang tidak baik itu akan sia-sia bahkan membawa malapetaka,” kata tetangga yang lain.
“Kakaknya hebat. Dia mau menerima adiknya yang tidak normal lagi ;bahkan berusaha mengobatinya,” kata tetangga itu.
“Kecelakaan itu menjadi titik balik bagi keluarga itu untuk berbuat kasih kepada saudaranya,” kata tetangganya.
Dalam hidup ini, ada saat d imana Tuhan sendiri mempertemukan kita dengan pengalaman kasih.
Kecelakaan yang dialami oleh bapak tadi bisa dimaknai sebagai sarana Tuhan untuk menunjukkan betapa nilai kasih yang jauh melampaui harta kekayaan.
Kasih itu muncul dari pengalaman batin dan terungkap dalam perbuatan.
Dalam keadaan tidak sadar sepenuhnya karena gegar otak, bapak tadi diantar masuk kembali pada pengalaman masa kecilnya yang senantiasa bahagia dalam kasih persaudaraan bersama kakaknya.
Pengalaman kasih itulah yang selalu mendorong dia untuk bertemu dan tidak mau jauh lagi dengan kakaknya.
Kenakalan yang telah dia lakukan ketika sudah besar -khusunya ketika sudah berkeluarga hingga tega menipu dan membohongi kakaknya- adalah sebuah kesalahan.
Kasih memperbaiki segalanya.
Bagaimana saya bisa hidup berlandaskan kasih Tuhan?
