Will to Power Orang-orang Lama di Paroki

0
361 views
Ilustrasi: Kekuasaan dan kritik politik by Ist

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Rabu, 19 Januari 2022.

Tema: Rahmat tak terduga

Bacaan

  • 1 Sam. 17: 32- 33, 37, 40-51.
  • Mrk. 3 : 1- 6.

“SAYA mau mengundurkan diri dari kegiatan dan pelayanan,” kata seorang bapak datang menemuiku.

“Kenapa?”

“Ya, begitulah, Romo. Saya berkeinginan untuk melayani Gereja. Saya menjalani dengan sukacita. Tetapi ada suara-suara yang tidak mengenakkan.”

“Dari mana tahu?”

“Banyak yang menyampaikan ke saya. Saya sudah memutuskan untuk tidak lagi menambah hal-hal yang bisa mencemarkan paroki kita.”

“Apakah suara-suara itu layak dipercaya?”

“Mungkin keadaan lebih baik, kalau saya tidak ada.”

“Apakah mengalami kesulitan atau beda pendapat yang tajam?”

“Tidak Romo. Kesannya kehadiran saya tidak diinginkan. Mungkin ada orang yang terganggu. Mungkin mereka punya maksud-maksud yang lain. Itu yang saya rasa.”

“Bisakah dipikir ulang dengan tenang, untuk apa aku dipanggil menjadi Umat Allah?”

“Saya sih enggak soal. Suara-suara itu mematahkan semangat saya.

Akhirnya, karena saya merasa kurang dihargai. Ya, saya agak mutung. Tidak mau terlibat lagi dalam pelayanan Gereja. Bahkan jarang ke Gereja juga. Saya tahu orang yang mencari muka di depan romo.

Saya tahu orang-orangnya. Tapi saya tidak bisa menunjuk jari. Ini kan menyangkut soal perasaan.

Dia ingin menangnya sendiri sebagai satu-satunya yang benar. Harus dipatuhi. Sebenarnya dia juga terbatas. Tidak tahu banyak. Karena dia orang lama, ya begitulah.”

“Kok saya nggak denger ya,” kataku menenangkan.

“Ya, mereka ngomong sendiri di kelompok mereka. Ada beberapa kelompok yang ingin dominan. Dan beberapa orang merasa yang ‘punya’ paroki.

Maka, saya pikir lebih baik saya yang mundur. Maksudnya, supaya tidak terjadi gangguan dalam Gereja, dalam relasi-interaksi sesama umat.

“Saya kira bukan begitu caranya. Mari kita bicarakan bersama. Mungkin perasaan bapak betul. Mungkin pendekatannya yang kurang lembut. Atau ada hal lain yang kita tidak tahu. Mari kita bicara bersama.”

“Ya silakan saja. Romo yang bertanggungjawab. Romo bisa mengamati. Akhir-akhir ini ada beberapa yang mengalami seperti saya. Sementara ambil jarak. Kalau Romo masih butuh bantuan tenaga, saya siap.

Saya berpikir,  banyak umat yang ingin terlibat, tetapi kadang tidak tahu bidang apa yang diminati. Pokoknya kalau Romo suruh mereka siap.

Tetapi ada juga kecenderungan bahwa orang yang baru datang tidak begitu saja diterima dengan gembira. Mungkin mereka harus hati-hati. Apakah kehadirannya membuat keakraban kelompok bisa berlanjut?”

Ya semacam seleksi alam. Namun betul, tidak boleh menghalangi siapa pun yang ingin berpartisipasi dalam pelayan Tuhan.

Paroki bukan pertama-tama institusi birokratis, walau ada unsur administrasi.

“Saya senang dan bangga dengan bapak. Masih ada api dan kerinduan untuk melayani. Terpenting, jangan padamkan api pelayanan. Kita diikutsertakan dalam karya Tuhan sendiri.”

Kita anak-anak Tuhan kadang diuji bukan oleh orang lain atau pihak lain. Kita diuji oleh sesama anak Tuan sendiri.

Itulah cara kita dibentuk dan dididik untuk semakin tangguh dalam melayani. Kita di-ikut-sertakan melayani Tuhan dan Gereja-Nya.

Tuhan ingin setiap orang bertumbuh sesuai dengan rahmat, talenta, kharisma, anugerah yang diberikan.

“Terimakasih romo telah mendengarkan curhat saya. Semoga saya makin teguh beriman dan melayani.”

“Sama-sama bapak. Salam untuk keluarga.”

“Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia.” ay 2.

Tuhan, tabahkanlah, dan utuslah aku. Amin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here