SEORANG jenderal yang hendak menerjunkan pasukannya di medan perang ingin mereka sukses menjalankan misinya. Menang dalam perang. Untuk itu dia memilih dan menunjuk pasukan, melatih, dan melengkapi mereka dengan bekal dan kemampuan yang diperlukan.
Tuhan Yesus melakukan yang serupa sebelum mengutus para murid-Nya. Mula-mula Dia berdoa, lalu memanggil mereka yang Dia kehendaki (Markus 3; 13). Mereka yang dipanggil itu datang (Markus 3: 13).
Setelah itu, Yesus menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia (Markus 3: 14). Mereka itu ditetapkan sebagai rasul atau utusan.
Kemudian, melatih mereka. Agar terlatih dan paham akan apa yang Yesus kehendaki, mereka di-“training” oleh Yesus.
Caranya? Tinggal bersama Dia dan mengalami yang diajarkan dan dilakukan oleh Yesus.
Selanjutnya, Yesus mengutus mereka untuk memberitakan Injil (Markus 3: 14). Dia memiliki tujuan yang amat jelas, sehingga mereka yang diutus memahami apa yang mesti mereka lakukan.
Akhirnya, Yesus memberdayakan mereka. Kepada mereka Dia memberikan kuasa untuk mengusir roh-roh jahat (Markus 3: 15). Terusirnya roh jahat menjadi tanda bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Singkatnya, Yesus menunjuk, mengutus, dan melengkapi mereka dengan sarana dan daya yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. Ketika orang mengandalkan daya yang telah Tuhan Yesus berikan, niscaya dia akan sukses mencapai misi yang dipercayakan oleh Yesus.
Orang-orang yang dibaptis telah dipanggil, ditunjuk dan diutus oleh Yesus. Apakah mereka mendengar dan datang kepada-Nya? Mereka juga dilengkapi dengan kuasa-Nya.
Apakah mereka melaksanakan perutusanYesus dalam hidup mereka? Apakah mereka mengandalkan Tuhan atau diri sendiri? Yesus menghendaki agar apa pun pengutusannya, mereka mengambil bagian dalam karya-Nya, membangun Kerajaan Allah.
Jumat, 20 Januari 2023