Yayasan Santo Markus Luncurkan Buku Refleksiku

0
371 views

Yayasan Pendidikan Katolik Santo Markus meluncurkan buku berjudul “Refleksiku” yang disusun oleh anggota Pembina Yayasan Santo Markus, Sarjana Harja Utama di D’Agape Meeting & Conference, Gadog, Bogor, Jawa Barat, 25-26 Agustus 2022. Peluncuran diikuti oleh seluruh tenaga pendidik dan kependidikan Yayasan Santo Markus.

“Menjadi Leader yang Handal di Masa Depan, dengan Tekun ber-Refleksi” merupakan tema peluncuran ini. Menurut Sarjana, buku refleksi ini disusun tidak hanya untuk para peserta didik sekolah Santo Markus (kelas 3-6 SD dan SMP), tetapi juga seluruh tenaga pendidik (Guru) dan tenaga kependidikan (karyawan).

“Mendidik siswa bukan hanya dari sisi kognitif saja. Mesti ada keseimbangan antara rohani dan jasmani, antara rasa dan nalar. Inilah yang melatarbelakangi hadirnya buku Refleksiku,” ujar Sarjana. Sarjana menyebutkan, pendidikan karakter tidak bisa dilakukan sekejap seperti membalikkan telapak tangan. Diperlukan pembiasaan diri terus menerus.

Buku refleksi ini, kata Sarjana, disusun untuk mengajak para peserta didik membiasakan diri berefleksi. Dengan memahami buku ini diharapkan terbentuk kebiasaan berhenti sejenak, mengendalikan apa yang sudah dilakukan sepanjang setengah hari atau bahkan sejak satu hari.

Para peserta didik didorong mengalami kembali, apa yang sudah terjadi. Dalam proses pengenalan ini, yang bekerja bukan saja otak melainkan hati dan rasa, nurani dan iman. Refleksi ini mesti dilakukan dalam rasa syukur atas berkat dan rahmat Tuhan sekaligus menyadari kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup sehari-hari.

Setiap siswa, guru dan karyawan, kata Sarjana akan mendapatkan buku refleksi untuk diisi selama 15 menit setiap hari, sebelum jam pulang.  “Semoga dengan adanya buku refleksi ini, mampu membekali seluruh civitas Santo Markus sebuah kebiasan dan pola hidup yang berkarakter, yang tidak akan lekang oleh waktu. Bekal hidup di sepanjang waktu,” ujar Sarjana.

Tidak Sekali Jadi

Proses pengolahan, menurut Sarjana, tidak sekali jadi. Tiap pribadi harus mampu mengenali gerak batin dan bahkan sering harus ada orang lain (pembimbing) yang mengarahkan dan memberitahu pengalaman dan dorongan apakah itu. Sehingga seseorang dapat melihat dan membaca kecenderungan yang terjadi pada dirinya dalam kurun waktu tertentu.

Sarjana menegaskan bahwa buku ini dibuat berdasar pada pedoman pemeriksaan batin (Examen Conscientiae) yang diajarkan Santo Ignatius Loyola, pendiri Ordo Serikat Yesus. Intinya adalah menyadari kehadiran Tuhan Allah dalam hidup kita selama satu hari yang telah dilalui. Juga mengamati bagaimana saya berjalan bersama Tuhan. Sejauh mana saya sudah bekerja bersama Tuhan, serta menjadi Alter Christus. Melanjutkan karya-Nya, menyelamatkan manusia.

“Kalau kita bisa mengendalikan dan mengatur diri sendiri, maka apa yang kita lakukan kepada orang lain dalam tindakan dan keputusan akan tepat. Sekurang-kurangnya ada pertimbangan yang cukup,” kata Sarjana dalam pengantar buku itu.

Sarjana menegaskan bahwa dalam menjalani hidup ini, kita harus selalu dalam status sadar. Kesadaran diri ini memugkinkan kita untuk selalu kontak dengan Tuhan, menyadari penyertaan dan memohon pertolonganNya setiap langkah.

Karena itu, kata Sarjana, refleksi tidak akan bermakna jika dilakukan hanya kalau ingat. Kita perlu melakukan secara rutin, setiap hari. Karena itu perlu ketekunan (perseverentia). Refleksi perlu ditulis agar kita ingat apa buah-buah dari refleksi yang lalu. Lebih dari itu, agar kita menyadari dan memahami dinamika gerak batin, rohani, serta nurani kita setiap hari.

Aneka Lomba

Rangkaian acara peluncuran buku tidak hanya diisi dengan pembahasan tentang buku oleh Yayasan, melainkan juga diramaikan dengan berbagai kegiatan lomba antarunit sekolah (TK, SD, SMP) maupun kelompok yang anggotanya dari unit I atau unit II dan Sekretariat.

Beberapa lomba antara lain lomba yel-yel tiap unit dan lomba estafet bola pingpong menggunakan pipa pralon hingga masuk ke dalam ember. Kegiatan lain yang juga tidak kalah menarik adalah kegiatan refleksi itu sendiri. Ada juga prosesi pengampunan dan peneguhan bersama melalui pembasuhan kaki yang dilakukan oleh tiap unit.

Kegiatan ini menurut Sarjana untuk mengajak seluruh peserta agar mau terbuka mengampuni dan siap melayani satu sama lain. Juga menyadari, menghargai dan menghormati keberadaan serta kehadiran setiap anggota di tiap unit sekolah dan yayasan.

Rangkaian acara di hari pertama kemudian dibulatkan dan ditulis dalam sebuah komitmen bersama sebagai unit yang kemudian dipersembahkan dalam perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Rm. Ignatius Swasono SJ sebagai penutup acara peluncuran buku.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here